Saturday 14 April 2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI


ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PADA Ny. I DENGAN
POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI DI RUANG DAHLIA
RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA


LAPORAN KASUS




DISUSUN OLEH:
ANNANG DWI SAEFURROHMAN ZEN
15.025


AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP
MAOS - CILACAP
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI DI RUANG DAHLIA RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA” ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.      Puji Suwariyah,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akper Serulingmas Cilacap
2.      Eti., S, Kep. Ns selaku Pembimbing Lahan
3.      Teman-teman mahasiswa.
Demikian akhir kata penulis, apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis mohon maaf. Semoga Asuhan Keperawatan  ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca pada umumnya serta profesi pada khususnya.


Maos, 8 Agustus 2017


Penulis


PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan Post Operasi Hemoroidektomi Di Ruang Dahlia Rsud Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Telah diujikan dan disetujui oleh Dewan Penguji.
Diujikan tanggal 16 Agustus 2017


Pembimbing I

Budi Priyanto, S.Kep., Ns
NIK. 19950571


Pembimbing II


Esti oktaviani
NIK.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................            i
KATA PENGANTAR...................................................................................            ii
PENGESAHAN…………………………………………………………….            iii
DAFTAR ISI..................................................................................................            iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.................................................................................... 1
B.     Tujuan penulisan................................................................................ 1
C.     Manfat penulisan................................................................................2
D.    Sistematika......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian............................................................................................ 4
B.     Etiologi............................................................................................... 4
C.     Manifestasi klinik............................................................................... 5
D.    Komplikasi......................................................................................... 6
E.     Pathway............................................................................................... 7
F.      Pemeriksaan penunjang...................................................................... 8
G.    Penatalaksanaan................................................................................. 9
H.    Pengkajian………………………………………………………….. 10
I.       Masalah yang mungkin muncul…………………………………….  11
J.       Intervensi …………………………………………………………... 11
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian.......................................................................................... 14
B.     Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.......................... 17
C.     Intervensi,implementasi,evaluasi.......................................................  19
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Pengkajian.......................................................................................... 24
B.     Diagnosa keperawatan....................................................................... 25
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................ 27
B.     Saran................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemeroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemeroid internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner& Suddarth,2002)

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini yaitu menggambarkan proses asuhan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini diharapkan penulis mampu:
a.       Melakukan pengkajian pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
c.       Merumuskan rencana tindakan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
d.      Melakukan rencana tindakan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
e.       Melakukan evaluasi pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
f.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

C.     MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Penulis
Menambah serta meningkatkan  pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.
2.      Bagi Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Sebagai referensi dan acuan proses asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.
3.      Bagi RSUD dr.R. Goeteng Taroenadibrata purbalingga
Sebagai referensi tambahan mengenai proses asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.

D.    SISTEMATIKA
Dalam asuhan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
1.      BAB I             : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika.
2.      BAB II                        : Tinjauan teori yang meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinik, pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian, masalah yang mungkin muncul, intervensi.
3.      BAB III          : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, anailsa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.
4.      BAB IV          : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi.
5.      BAB V            : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
6.      DAFTAR PUSTAKA
7.      LAMPIRAN


BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Pengertian
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi fena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan pendarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambaien atau wasir oleh masyakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi aspek kosmetik bahkan sampai aspek social.
Secara sederhana kita bisa menganggap Hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah , walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak disana.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hermorrhoidalis (Sudoyo,2006)

B.     Etiologi
Menurut smeltzer dan bare (2002) dan mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah:
1.      Faktor Predisposisi
a.       Herediter atau keturunan
Dalam hal ini menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
b.      Anatomi
Vena di daerah masentrotium tidak mempunyai katup, sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c.       Makanan misalnya , kurang makan makanan berserat
d.      Pekerjaan sepeti mengangkat beban terlalu berat
e.       psikis
2.      Faktor presipitasi
a.       Faktor mekanis (kelainan sirkulasi dan peningkatan tekanan parsial) misalnya mengedan pada waktu defekasi
b.      Fisiologis
c.       Radang
d.      Konstipasi menahun
e.       Kehamilan
f.       Usia tua
g.      Diare kronik
h.      Pembesaran prostat
i.        Fibroid uteri
j.        Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal

C.     Manifestasi klinik
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan pendarahan  berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang di sebabkan oleh thrombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan eskemia  pada area tersebut dan nekrosis.  Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan pendarahan atau prolapse  (smeltszer dan bare, 2002)
            Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis pendarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma akibat feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan atau tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mearnai air toilet menjadi merah walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri kadang perdarahan hemoroid yang membesar secara perlahanlahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penanjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusun oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi (Sjamsuhidayat dan jong, 2005)
Pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Pada tahap lanjut, akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan. Kotoran di pakaran dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perianal akan mengalami iritasi. Nyeri kaan terjadi bila timbul trombosis luas dengan edema dan peradangan. Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intra abdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien harus duduk berjam jam di wc dan dapat disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang (mansjoer, 2008).

D.  Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah
1.      Perdarahan
2.      Thrombosis, adalah pembekuan darah dalam hemoroid
3.      Hemoroidal strangulasi, adalah hemoroid yang prolaps dengan suplay darah dihalangi oleh sfingter ani



E.     Pathway



F.    Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rectaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diaba apabila sudah sangat besar . apabila hemoroid sering prolaps , selaput lendir akan menebal. Tombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pada pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
2.      Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rectoscopy
Dengan cara ini hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran, penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin , penyumbat diangkat dan penderita disuruh nafas panjang. Hemoroid innterna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila pendeita diminta mengejan sedikit maka ukuran hmoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissure ani dan tumor ganas haarus di perhatikan.
3.      Pemeriksaan protosigmoidoskopi
Protosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik  saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa tehadap adanya darah samar.
4.      Rontgen (colon inloop) dan atau kolonoskopi
5.      Pemeriksaan darah, feses sebagai pemeriksaan penunjang
G.  Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan medis non farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan poa defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambaha, pelican feses, dan perubahan perilaku buang air.
2.      Penatalaksanaan medis farmakologis
a.       Obat memperbaiki defekasi
Ada dua obat yaitu splement serat (fiber suplemen) dan pelican tinja (stool softener). Suplemen serat yang sering dipakai antara lain psyllium atau isphagula husk (misal vegeta, mulax, Metamucil, mucofalk), obat kedua yaitu obat pencahar antara lain natrium dioktil sulfosuksinat, dulcolax, microlac.
b.      Obat simtomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas vasokontriktur dan antiseptic lemah.
c.       Obat menghentikan perdarahan
Obat yang digunakan yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk micronized dengan nama dagang radium atau datlon.
d.      Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Pemberian micronized flavonoid (diosmin dan hesperidin) (ardium) 2 tablet perhari selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik.
3.      Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rectal biasanya dilatasi segcara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian di eksisi. Setelah  prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan gelfon atau kassa oxygel dapat diberikan di atas luka anal (Smeltzer dan Bare, 2002)
4.      Penatalaksanaan minimal invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakologis, farmakologis tidak behasil. Penatalaksanaan ini antara lan tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroiddengan terapi laser (Sudoyo, 2006)

H.    Pengkajian
1.      Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai pada penduduk yang berusia 25 tahun, laki—laki maupun perempuan yang mempunyai resiko mengalami hemoroid. Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi, pola makan yang salah.
2.      Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum.
3.      Pola fungsional Gordon
a.       Pola persepsi kesehatan: konsumsi makanan rendah serat, pola BAB salah, kurang olahraga, kebiasaan bekerja.
b.      Pola nutrisi metabolic: mual, muntah, penurunan BB, mukosa kering.
c.       Pola eliminasi: konstipasi, diare kronik, mengejan saat BAB.
d.      Pola aktivitas dan latihan: kurang olahraga
e.       Pola istirahat dan tidur: gangguan tidur
f.       Persepsi sensori dan kognitif: rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri
g.      Pola hubungan dengan orang lain: tidak dapat bekerja
h.      Pola reproduksi social: penurunan libido
i.        Pola persepsi dan konsep diri: merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, takut.
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum: malaise, lemah, tampak pucat.
b.      Tingkat kesadaran: komposmetis, sampai koma
c.       Pengukuran BB: BB menurun
d.      TTV: TD meningkat, suhu meningkat, takikardi
e.       Abdomen : nyeri abdomen berhubungan dengan saat defekasi
f.       Kulit: turgor kulit menurun
g.      Anus: pembesaran pembuluh darah vena pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.

I.       Gangguan/Masalah yang Mungkin Muncul
1.      Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen dengan kebutuhan
4.      Resiko inggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui hemoragik
5.      Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus

J.        Intervensi
a.       Nyeri akut
Intervensi (NIC):
1)      Mengkaji nyeri secara komperhensif
2)      Observasi TTV dan keadaan umum pasien
3)      Membantu melakkukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini
4)      Mengkaji ulang faktor meningkatkan atau menurunkan nyeri
5)      Ajarkan teknik nafas dalam
6)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
b.      Resiko tinggi infeksi
1)      Observasi TTV
2)      Observasi adanya inflamasi
3)      Observasi adanya gejala peritonitis
4)      Melakukan irigasi luka sesuai kebutuhan
5)      Memberikan obat sesuai indikasi
c.       Intoleransi aktivitas
1)      Meningkatkan tirah baring dan memberikan llingkungan yang tenang
2)      Mengubah posisi dengan sering
3)      Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi
4)      Melakukan tugas dengan cepat dan sesuai indikasi
5)      Memberikan aktivitas hiburan yang tepat
d.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan
1)      Mengawasi masukan dan keluaran cairan
2)      Mengkaji TTV
3)      Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa
4)      Observasi perdarahan
5)      Mengukur BB
6)      Memberi cairan sesuai indikasi
e.       Gangguan pola eliminasi
1)      Auskultasi bising usus
2)      Observasi gerakan usus, oerhatikan warna, konsistensi, dan jumlah
3)      Kaji keluhan di abdomen
f.       Ganggan integritas kulit
1)      Catat iritasi, kemerahan, ukur daerah pruritis
2)      Berikan pelindung kulit yang efektif
3)      Selidiki keluhan rasa terbakar/gatal
4)      Berikan sprei kortikosteroid dan bedah nistatin sesuai indikasi


BAB III
TINJAUAN KASUS


A.    PENGKAJIAN
Dilakukan oleh penulis di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 1 agustus 2017, pukul 12.10 WIB dengan sumber data dari pasien,  dan rekam medis.
1.      Identitas
Pasien bernama Ny.I dengan umur 17 tahun berjenis kelamin perempuan bertempat tinggal di padamara, pasien belum menikah, beragama Islam, dari suku Jawa, pendidikan terakhir adalah SMA, pasien adalah pelajar SMA. Pasien masuk RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 31 Juli 2017 dengan diagnosa medis hemoroid.
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dari IGD, kemudian di periksa oleh dokter dengan diagnose medis hemoroid. Dokter menganjurkan untuk operasi hemoroidektomi, pasien dirawat di ruang dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan keluhan.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Pasien 2 bulan lalu pernah dirawat di polokilinik dengan penyakit hemoroid.
c.        Riwayat penyakit keluarga
Keluarga psien tidak ada yang mengalami penyakit hemoroid
3.      Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Berdasarkan hasil pengkajian dengan format pengkajian pola fungsional Gordon ditemukan masalah keperawatan sebagai berikut:
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien tidak terlalu memperdulikan kesehatannya.
Pada pola nutrisi / metabolik, sebelum sakit pasien makan 3x1 hari, pasien suka makan mie instant sejak SMP kelas 1. Selama sakit pasien makan makanan yang diberikan oleh rumah sakit
Pada pola eliminasi pasien ditemukan gangguan pada pola berkemih (BAK) pasien yaitu terpasang Dower Cateter ukuran 16.
Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengalami kendala yaitu dengan keadaaan dirinya yang lemah pasca operasi Hemoroidektomi, terpasang infuse dan juga terpasang kateter. Sebelum sakit pasien adalah pelajar SMA.
Pada pola tidur dan istirahat pasien sesekali terbangun pada malam hari karena rasa sakit pada luka  pasca opersi hemoroidektomi.
Pada pola persepsual pasien tidak mengalami gangguan.
Pada pola persepsi pasien nampak optimis untuk dapat sembuh namun pasien juga mencemaskan penyakitnya
Pada pola seksualitas dan reproduksi pasien tidak memiliki gangguan.
Pada pola peran dan hubungan pasien tidak memiliki gangguan
Pada pola management koping-stress pasien tidak memiliki gangguan
Pada pola  nilai dan keyakinan pasien selama sakit kegiatan beribadah pasien menjadi terganggu.
4.      Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pada Ny. I ditemukan hasil : Keadaan umum pasien cukup dengan keluhan nyeri di bagian yang dioperasi. Kesadaran pasien adalah sadar penuh. GCS: E:4 M:6 V:5 Tanda-tanda vital antara lain TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, S: 36.5 º C, RR: 22 x/menit. BB: 52 Kg. TB: 163 cm.
Untuk pemeriksaan Head to Toe didapatkan hasil antara lain pada kepala bentuk mesochepal, simetris, tidak ada benjolan, konjungtiva  ananemis. Pada hidung simetris, tampak bersih, tidak terpasang NGT. Pada telinga kanan dan kiri tidak ada luka, simetris.Mulut terlihat lembab dan bersih.Pada leher tidak ada pembesaran thyroid. Pada thorak, pengembangan dada sempurna, simetris.Pada abdomen bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, suara timpani, terdengar bising usus 12x permenit. Pada genetalia terpasang dower kateter no.16. Pada ekstremitas atas terpasang IVFD NaCl.
5.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yaitu pemeriksaan laboratorium untuk hematologi dan patologi klinik pada tanggal 31 Juli 2017. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil: HB: 12.8 g/dl (N: 11.7-15.5), leukosit: 7.4 10^3/ul (N: 4.5-12.5), hematokrit: 38 % (N: 35-47), eritrosit: 4.6 10^6ul (N: 3.8-5.2), trombosit: 272 10^3/ul (N: 154-386), MCH: 28 pg (N: 26-34), MCHC: 34 g/dl (N: 32-36), MCV: 84 fL (N: 80-100), Eosinofil : 2 % (N:1-3), Basofil: 0 % (N: 0-1), Netrofil Segmen: 55 % (N: 50-70), limfosit: 37 % (N: 25-40), monosit: 6 % (N: 2-8), masa pembekuan/CT: 4.30 menit (N: 3-5), masa perdarahan/BT: 4.00 menit (N: 2-5), Gula darah sewaktu: 87.3 mg/dl (N: 100-150),
6.      Program Terapi
Terapi yang diberikan pada pasien Ny.I pada tanggal 1 Juli 2017 adalah untuk bedrest, tanggal 1 Juli 2017, infus NaCl 20 tetes per menit, injeksi ceftriaxon 2 x 1 g, injeksi ketorolak 30mg 3x sehari, asam traneksamat 3x1 ampul.
7.      Laporan operasi
d.      Tanggal operasi           : 1 agustus 2017
e.       Waktu operasi             : 11.30-11.45 wib
f.       Ahli bedah                  : dr. masrun, Sp. B
g.      Ahli anestesi                : dr.awal, Sp. A
h.      Asisten                        : bangkit
i.        Jenis opeasi                 : operasi hemoroidektomi
j.        Jenis anestesi               : lokal anestesi
                  
B.     ANALISIS DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSA
1.      Analisis Data
No.
Data Fokus
Etiologi
Problem
1
DS:
-         Pasien mengatakan nyeri pada anusnya
-         P: operasi hemoroidektomi
-         Q: seperti disayat-sayat
-         R: pada anus
-         S: skala 7
-         T: terus menerus
DO:
-         Pasien tampak meringis kesakitan
-         Pasien tampak gelisah
-         Terdapat luka operasi di anus
Agen injuri fisik
Nyeri akut
2
DS:
-         pasien mengatakan aktivitasnya masih dibantu oleh keluarganya
-         pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri
DO:
-         aktivitas pasien tampak dibantu keluarganyameringis kesakitan
Nyeri post operasi
Hambatan mobilitas fisik
3
DS:
-         pasien mengatakan panas pada luka operasinya
DO:
-         Terdapat luka operasi di anus
-         leukosit: 7.4 10^3/ul
-         Pasien tampak merasakan nyeri
-         Terdapat kemerahan di sekitar luka operasi
Prosedur invasive
Resiko infeksi
2.      Perumusan Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi di anusnya.
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya

3.      Diagnosa Keperawatan Sesuai prioritas
Hari ke-1:
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi di anusnya.
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya
Hari ke-2:                                        
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi di anusnya.
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya

Hari ke-3:
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi di anusnya.
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya

C.     INTERVENSI IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
No.
Indikator
IR
ER
1.
Nyeri hilang
2
5
2.
Ekspresi wajah
2
5
3.
TTV normal
2
5
Keterangan:
1.      Ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada
Intervensi:
a.       Kaji nyeri secara komperhensif
b.      Observasi TTV
c.       Berikan posisi yang nyaman
d.      Ajarkan teknik relaksasi
e.       Berikan tindakan distraksi
f.       Kendalikan lingkungan yang nyaman
g.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Implementasi:
a.       Mengkaji nyeri secara komperhensif
b.      Memberikan posisi yang nyaman
c.       Mengendalikan lingkungan yang tenang
d.      Mengobservasi TTV
e.       Memberikan obat analgetik
Evaluasi:
S:             pasien mengatakan nyeri sudah menghilang
O:            pasien terlihat tenang, rileks
A:            masalah nyeri akut teratasi
No.
Indikator
IR
ER
A
1.
Nyeri hilang
2
5
5
2.
Ekspresi wajah
2
5
5
3.
TTV normal
2
5
5
    Keterangan:
1.      Ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada
P: hentikan intervensi, pasien pulang.
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi
Tujuan: setelah dilakuka tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat beraktivitas kembali
No.
Indikator
IR
ER
1.
Pergerakan sendi dan otot
2
5
2.
Bergerak dengan mudah
2
5
3.
Berjalan
2
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada gangguan
Intervensi:
a.       Kaji kebutuhan pergerakan pasien
b.      Ajarkan dan dukung pasien untuk melakukan pergerakan
c.       Ajarkan teknik ambulasi yang aman
d.      Berikan penguatan positif
e.       Awasi upaya mobilitas pasien
f.       Kolaborasi dengan keluarga dalam pengawasan pasien
Implementasi:
a.       Mengkaji pergerakan pasien
b.      mendukung pasien untuk melakukan pergerakan
c.       mengajarkan teknik ambulasi yang aman
d.      Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam pengawasan pasien
Evaluasi:
S: pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri
O: pasien tampak berjalan dengan mandiri
A: masalah teratasi          
No
Indikator
IR
ER
A
1.
Pergerakan sendi dan otot
2
5
5
2.
Bergerak dengan mudah
2
5
5
3.
Berjalan
2
5
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada gangguan
P:  hentikan intervensi, pasien pulang.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan reiko infeksi berkurang
No.
Indikator
IR
ER
1.
Faktor resiko infeksi hilang: status imun, keparahan infeksi
2
5
2.
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2
5
Keterangan:
1.      Ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada
Intervensi:
a.       Pantau tanda dan gejala infeksi
b.      Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan infeksi
c.       Fasilitasi proses penyembuhan luka
d.      Batasi jumlah pengunjung
e.       Bersihkan lingkungan pasien
f.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
Implementasi:
a.       Memfasilitasi proses penyembuhan luka
b.      Membatasi jumlah pengunjung
c.       Memberikan obat antibiotik
Evaluasi:
S:  pasien mengatakan luka sudah tidak panas lagi
O: pasien tampak tenang
A: masalah teratasi
No.
Indikator
IR
ER
A
1.
Faktor resiko infeksi hilang: status imun, keparahan infeksi
2
5
5
2.
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2
5
5
Keterangan:
1.      Ekstrim
2.      Berat
3.      Sedang
4.      Ringan
5.      Tidak ada
P:  hentikan intervensi, pasien pulang.


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang pasien dengan kondisi pasien.
A.    PENGKAJIAN
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam. Model pola fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga dan komunitas.Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data (NANDA, 2012).
Pada saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus bahwa pasien mengeluh nyeri,  nyeri  bertambah bila bergerak terutama nyeri pada anus dan berkurang jika istirahat tiduran.
            Hasil pengkajian pola fungsional Gordon yang penulis temukan pada pasien diantaranya terdapat gangguan aktivitas dan latihan, Hasil tersebut dijabarkan sebagai berikut:
            Pola aktivitas dan latihan ditemukan pasien tidak dapat beraktivitas sepenuhnya secara mandiri masih membutuhkan bantuan orang lain untuk membantunya beraktivitas karena kondisinya yang memang untuk bergerak sangat sakit sebab nyeri yang dirasakan.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (NANDA, 2012).
1.      Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. I yang sesuai dengan teori:
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
          Penulis menegakkan diagnose ini karena adanya dukungan data yang diperolah dari pengkajian.
b.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
          Penulis menegakkan diagnose ini karena adanya dukungan data yang diperolah dari pengkajian.
2.      Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus Ny. I tetapi ada konsep teori:
a.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Penulis tidak menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini
b.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui hemoragik
Penulis tidak menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini
c.       Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
Penulis tidak menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini.
d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
Penulis tidak menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan diagnosa ini.
3.      Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.T tetapi tidak ada di konsep teori (diagnosa temuan):
     Tidak ditemukan Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. I yang tidak  sesuai dengan teori.


BAB V
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
1.         Pengkajian
Pasien bernama Ny.I dengan umur 17 tahun berjenis kelamin perempuan bertempat tinggal di padamara, pasien belum menikah, beragama Islam, dari suku Jawa, pendidikan terakhir adalah SMA, pasien adalah pelajar SMA. Pasien masuk RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 31 Juli 2017 dengan diagnosa medis hemoroid.
Pasien datang dari IGD, kemudian di periksa oleh dokter dengan diagnose medis hemoroid. Dokter menganjurkan untuk operasi hemoroidektomi, pasien dirawat di ruang dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan keluhan
2.      Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian, lalu penulis merumuskan diagnose kepeawatan. Dan diagnose yang muncul pada kasus Ny.I adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3.      Rencana tindakan
Setelah diagnose keperawatan ditentukan penulis merumuskan rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. I .
Pada diagnose nyeri, penulis merumuskan rencana tindakan kaji nyeri secara komperhensif, observasi TTV, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi, beri tindakan distraksi,kendalikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Pada diagnose hambatan mobilitas fisik, penulis merumuskan rencana tindakan Kaji kebutuhan pergerakan pasien, Ajarkan dan dukung pasien untuk melakukan pergerakan, Ajarkan teknik ambulasi yang aman, Berikan penguatan positif, Awasi upaya mobilitas pasien, Kolaborasi dengan keluarga dalam pengawasan pasien.
Pada diagnose resiko infeksi, penulis merumuskan rencana tindakan Pantau tanda dan gejala infeksi, Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan infeksi, Fasilitasi proses penyembuhan luka, Batasi jumlah pengunjung, Bersihkan lingkungan pasien, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
4.      Implementasi
Setelah merumuskan rencana tindakan, penulis menerapkan tindakan yang sudah dirumuskan kepada Ny.I. dalam penerapannya penulis tidak menerapkan semua rencana tindakannya. Tindakan yang diterapkan oleh penulis pada Ny. I adalah mengkaji nyeri secara komperhensif, memberikan posisi yang nyaman, mengendalikan lingkungan yang tenang, mengobservasi TTV, memberikan obat analgetik, mengkaji kebutuhan pergerakan pasien, mendukung pasien untuk melakukan pergerakan, mengajarkan teknik ambulasi yang aman, mengkolaborasikan dengan keluarga dalam pengawasan pasien, memfasilitasi proses penyembuhan luka, membatasi jumlah pengunjung, memberikan obat antibbiotik.
5.      Evaluasi
Setelah menerapkan rencana tindakan, penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan, penulis melakukan evaluasi setiap akhir shif. Dan pada evaluasi hari ke-3 masalah pada pasien Ny.I didapatkan masalah nyeri, masalah hambatan mobilitas fisik, masalah resiko infeksi teratasi


6.      Pendokumentasian
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.I penulis melakukan pendokumentasian. Hal yang di dokumentasikan yaitu pengkajian, peumusan diagnose keperawatan, rencana tindakan, implementasi atau penerapan tindakan, evaluasi.

B.     SARAN
1.      Bagi penulis
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat mencegah atau menangani kasus aktivitas dan latihan.
Selalu berhati-hati dalam melaksanakan tugas karena masih banyak yang belum kita ketahui dan kita masih dalam proses belajar. Ketika menemui kesulitan ketika melakukan tindakan hendaknya kita menghubungi perawat ruangan dan meminta bantuan dan bimbingan serta arahan. Dan yang paling utama janagan pernah malu dan sungkan untuk bertanya jika menemui hal yang baru dan belum kita ketahui.

2.      Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Lebih ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas Cilacap tentang pembelajaran praktek sesuai dengan teori.
Memperbanyak literatur panduan untuk praktek , karena masih ada beberapa tindakan yang belum diajarkan di kampus namun ditemukan ketika praktek.

3.      RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Selalu berikan bimbingan kepada kami mahasiswa kesehatan yang praktik di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan jika kami melakukan kesalahan mohon agar kami ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.




  Daftar Pustaka



Price, S. A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 6,Volume 1. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC

Potter, P.. A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Dermawan, T. R. 2010. Keperawatan Medical Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: gosyen publishing.

No comments:

Post a Comment