Saturday 28 April 2018

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Asma


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN ASMA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD BANYUMAS



LAPORAN KASUS



SERULINGMAS MAOS WARNA.jpg




DISUSUN OLEH:
ANNANG DWI SAEFURROHMAN ZEN
15.025




AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP
MAOS - CILACAP
2018
PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN ASMA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUMAS

Disusun oleh:
Annang Dwi Saefurrohman Zen
15.025

Telah dipertahankan di depan dewan penguju pada tanggal 18 April 2018, disetujui dan memenuhi syarat:

Penguji I


Sakiyan, Ns., M.Kep.
NIK. 51000175

Penguji II


Andin Sefrina, Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
NIK. 41070984
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PADA Ny. D DENGAN INTRA NATAL CARE DI RUANG BERSALIN (VK) RSUD BANYUMAS” ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan laporan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.      Puji Suwariyah,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akper Serulingmas Cilacap
2.      Solechan, S, Kep. Ns selaku Pembimbing Lahan
3.      Teman-teman mahasiswa.
Demikian akhir kata penulis, apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis mohon maaf. Semoga Asuhan Keperawatan  ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca pada umumnya serta profesi pada khususnya.


Maos, 26 Maret 2018


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................            i
PENGESAHAN…………………………………………………………….            ii
KATA PENGANTAR...................................................................................            iii
DAFTAR ISI..................................................................................................            iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.................................................................................... 1
B.     Tujuan penulisan................................................................................ 2
C.     Manfat penulisan................................................................................ 3
D.    Sistematika penulisan......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian...........................................................................................  4
B.     Etiologi............................................................................................... 4
C.     Patofisiologi…................................................................................... 5
D.    Pathway……………………………………………………………..  6
E.     Manifestasi klinik............................................................................... 7
F.      Pemeriksaan penunjang…………………………………………….. 7
G.    Pengkajian………………………………………………………….. 8
H.    Diagnosa……………………………………………………………. 9
I.       Intervensi …………………………………………………………... 9
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian.......................................................................................... 12
B.     Analisa data........................................................................................ 13
C.     Diagnosa keperawatan……………………………………………... 14
D.    Intervensi,implementasi,evaluasi.......................................................  15
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Pengkajian.......................................................................................... 22
B.     Diagnosa keperawatan....................................................................... 22
C.     Intervensi…………………………………………………………… 23
D.    Implementasi……………………………………………………….. 23
E.     Evaluasi…………………………………………………………….. 24
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................. 25
B.     Saran.............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


 BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar udara dingin dan/atau debu dan/atau asap rokok dan/atau stres dan/atau flu atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau alergi makanan dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak napas berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun (usia serangan terbanyak).
Prevalensi asma, PPOK, dan kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi asma pada kelompok umur ≥45 tahun mulai menurun. Prevalensi kanker agak tinggi pada bayi (0,3‰) dan meningkat pada umur ≥15 tahun, dan tertinggi pada umur ≥75 tahun (5‰). Prevalensi asma dan kanker pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Prevalensi asma terlihat sama antara perkotaan dan perdesaan, PPOK lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan. Prevalensi kanker di kota cenderung lebih tinggi dari pada di desa. Prevalensi PPOK cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan kuintil indeks kepemilikan terbawah. Asma cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah. Pada penyakit kanker, prevalensi cenderung lebih tinggi pada pendidikan tinggi dan pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas. (riskesdas, 2013)

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini yaitu menggambarkan proses Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.
2.      Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini diharapkan penulis mampu:
a.       Melakukan pengkajian pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas..
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.
c.       Merumuskan rencana tindakan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.
d.      Melakukan rencana tindakan keperawatan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas..
e.       Melakukan evaluasi pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.
f.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.



C.     MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Penulis
Menambah serta meningkatkan  pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Asma
2.      Bagi Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Sebagai referensi dan acuan proses asuhan keperawatan pada pasien Asma.
3.      Bagi RSUD Banyumas
Sebagai referensi tambahan mengenai proses asuhan keperawatan pada pasien Asma


D.     SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.
1.      BAB I             : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan.
2.      BAB II                        : Tinjauan teori yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi.
3.      BAB III          : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.
4.      BAB IV          : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
5.      BAB V            : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
6.      DAFTAR PUSTAKA
7.      LAMPIRAN


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor resiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya proses radang (almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

B.     ETIOLOGI
1.      Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
2.      Faktor Presipitasi
a.       Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2)      Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-obatan.
3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya: perhiasan, logam, dan jam tangan.
b.      Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
c.       Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
d.       Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
e.       Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

C.     PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

D.    PATHWAY


Faktor pencetus








alergi
idiopatik









Edema dinding bronkiolus

Spasme otot polos bronkiolus

Sekresi mucus kental di dalam lumen bronkiolus










Menekan sisi kuar bronkiolus

Diameter bronkiolus mengecil

Bersihan jalan nafas tidak efektif





ekspirasi

dispnea

Intoleransi aktivitas





Gangguan pertukaran gas
Perfusi paru tidak cukup mendapatkan ventilasi




E.     MANIFESTASI KLINIS
1.    Gejala awal :
a.       Batuk
b.      Dispnea
c.       Mengi (whezzing)
d.      Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e.       Tachicardi
f.       Pernafasan cepat dangkal
2.    Gejala lain :
a.       Takipnea
b.      Gelisah
c.       Diaphorosis
d.      Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e.       Fatigue ( kelelahan)
f.       Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
g.      Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat.
h.      Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i.        Sianosis sekunder
j.        Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Pemeriksaan sputum
2.    Pemeriksaan darah
3.    Foto rontgen
4.    Pemeriksaan faal paru
5.    Elektrokardiografi

G.    PENGKAJIAN
1.      Pengkajian primer
a.       Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot bantu pernafasan (retraksi otot interkosta)
b.      Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dyspnea, takipnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suaa tambahan ronchi, hiperresonan pada perkusi.
c.       Circulation
Hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus parodexus > 10mm.
2.      Pengkajian sekunder
a.       Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan sekarang
2)      Riwayat kesehatan dahulu
3)      Riwayat kesehatan keluarga
b.      Pemeriksaan tanda-tanda vital
1)      Tekanan darah
2)      Suhu
3)      Respirasi
4)      Nadi
c.       Pemeriksaan fiisik
1)      Kulit
2)      Kepala
3)      Mata
4)      Telinga
5)      Hidung
6)      Mulut
7)      Leher
8)      Thorax: jantung dan paru
9)      Abdomen
10)  Ekstremitas

H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau immobilisasi

I.       INTERVENSI
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan criteria hasil:
a.       Oksigenasi dan ventilasi adekuat
b.      Suara nafas bersih
c.       Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi
Respiratory monitoring
a.       Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
b.      Monitor suara nafas
c.       Monitor pola nafas
d.      Monitor kelelahan otot diafragma
e.       Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan
f.       Auskultasi suara nafas
g.      Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
h.      Kolaborasi pemberian bronkodilator

2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif dengan criteria hasil:
a.       Respirasi dalam batas normal
b.      Irama pernafasan teratur
c.       Oksigenasi adekuat

Intervensi:
Manajemen jalan nafas
a.       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi udara
b.      Monitor pernafasan dan batuk
c.       Monitor status respiratory dan oksigenasi
d.      Keluarkan secret dengan batuk efektif atau dengan suction
e.       Berikan threatmen aerosol sesuai kebutuhan
f.       Berikan therapy oksigen sesuai kebutuhan
g.      Regulasi intake cairan untuk mencapai keseimbangan cairan
h.      Auskultasi suara nafas

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau immobilisasi
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan criteria hasil:
a.       Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi
b.      Tanda-tanda vital dalam batas normal
c.       Ventilasi adekuat

Intervensi
Therapy aktivitas
a.       Kaji kemampuan pasien untuk beraktivitas
b.      Bantu pasien untuk memilih aktivitas sesuai kemampuan
c.       Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
d.      Bantu pasien untuk mendapatkan alat bantu untuk aktivitas
e.       Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan
f.       Berikan penguatan positif
g.      Evaluasi respon fisik, emosi, social, dan spiritual




BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN
Dilakukan oleh penulis di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas pada tanggal 26 desember 2017, pukul 08.15 WIB dengan sumber data dari pasien, keluarga pasien,  dan rekam medis. Dari penkajian tersebut didapatkan identitas pasien adalah Tn.A, umur 46 tahun, berasal dari suku jawa, Indonesia. Yang beralamat di Somagede, Banyumas. Pasien beragama islam, pendidikan terakhirnya adalah SD,berjenis kelamin laki-laki, diagnose medis asma attack
Alasan pasien masuk rumah sakit yaitu pasien mengeluhkan sesak nafas. Pasien mengalami sesak nafas sejak satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit. Menurut keluarga pasien, pasien mempunyai riwayat asma sejak 2 tahun yang lalu. Di keluarga pasien ada keluarga yang mengalami sesak nafas, yaitu bapak pasien.
Pada pengkajian primer didapatkan data pada Airway: jalan nafas paten, ada sumbatan yaitu sekret, ada suara nafas tambahan, pasien dapat berbicara dengan jelas. Pada Breathing: Irama nafasnya teratur frekuensi nafas 30 x/menit,saat di auskultasi terdengar suara wheezing. Pada Circulation: Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36°c, akeral dingin, kulit lembap, kapilerisasi <2 detik. Pada Disability: pasien sadar penuh, GCS E4 M6 V5.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data bentuk kepala Tn. A adalah mesochepal, rambut berwarna hitam, pasien tidak mengalami  gangguan penglihatan, tidak ada luka pada wajah, pasien terpasang oksigen 3 liter dengan nasal kanul, pasien tidak terpasang NGT,pada mulut pasien tidak ada sariawan, mukosa bibir lembab, pasien tidak menalami gangguan pendengaran, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, pengembangan dada simetris, ada nyeri tekan, terdengar suara mengi (wheezing), perut pasien terihat warna merata, timpani, tidak ada nyeri tekan, bising usus 18 x/menit,pasien terpasang infuse Ringer Laktat di tangan kanan, pada kaki tidak terdapat edema,pasien tidak terpasang DC.
Therapy yang diberikan pada Tn. A yaitu infuse Ringer Laktat + drip aminofilin 1//2 gram, injeksi ranitidine 50 mg/ 12 jam, injeksi cefotaxim 1 gram, injeksi aminopilin ½ ampul, injeksi MP, oksigen 3 liter, nebulizer combivent 2.5mg/2.5ml  dan flexotit 0.5mg/2ml.

B.     ANANLISA DATA
No.
Data
Etiologi
Problem
1
DS:
-         Pasien mengatakan sesak nafas setelah beraktifitas
-         Pasien mengatakan aktivitasnya terbatas
-         Pasien mengatakan cepat lelah
DO:
-         Pasien tampak lelah
-         Pasien tampak membatasi aktivitasnya
-         Pasien sesak nafas setelah beraktivitas
Sesak nafas
Intoleramsi aktivitas
2
DS:
-         Pasien mengatakan sesak nafas
-         Pasien mengatakan lemas
DO:
-         Pasien tampak sesak nafas
-         Nafas tidak teratur
-         TD: 140/90 mmHg
-         N: 112 x/m
-         R: 30 x/m
Hiperventilasi
Pola nafas tidak efektif
3
DS:
-         Pasien mengatakan sesak nafas
-         Pasien mengatakan batuk terus
DO:
-         Pasien tampak sesak nafas
-         RR: 30 x/m
-         Terdengar bunyi mengi saat ekspirasi
Penumpukan secret
Bersihan jalan nafas tidak efektif


C.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
DS:
-        Pasien mengatakan sesak nafas
-        Pasien mengatakan lemas
DO:
-        Pasien tampak sesak nafas
-        TD: 140/90 mmHg
-        N: 112 x/m
-        S: 36°C
R: 30 x/m
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
DS:
-        Pasien mengatakan sesak nafas
-        Pasien mengatakan batuk terus
DO:
-        Pasien tampak sesak nafas
-        RR: 30 x/m
-        Terdengar bunyi mengi saat ekspirasi
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak nafas.
DS:
-        Pasien mengatakan sesak nafas setelah beraktifitas
-        Pasien mengatakan aktivitasnya terbatas
-        Pasien mengatakan cepat lelah
DO:
-        Pasien tampak lelah
-        Pasien tampak membatasi aktivitasnya
-        Pasien sesak nafas setelah beraktivitas

D.    INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
a.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan pola nafas teratur dengan criteria hasil:
No.
Indikator
IR
ER
1
Tanda-tanda vital dalam batas normal
2
5
2
Irama nafas teratur
2
5
3
Oksigenasi adekuat
2
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Gangguan berat
3.      Gangguan sedang
4.      Gangguan ringan
5.      Tidak ada gangguan
Intervensi:
Respiratory monitoring
1.      Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
2.      Monitor suara nafas
3.      Monitor pola nafas
4.      Monitor kelelahan otot diafragma
5.      Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan
6.      Auskultasi suara nafas
7.      Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
8.      Kolaborasi pemberian bronkodilator
Implementasi:
1.      Melakukan pengkajian primer: airway, breathing, circulation, disability.
2.      Memeriksa tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
3.      Mengobservasi pernafasan
4.      Memberikan therpy nebulizer
5.      Memonitor pernafasan
6.      Memeriksa saturasi oksigen
Evaluasi:
S:  pasien mengatakan sesak berkurang
O:  RR: 26 x/m, saturasi oksigen: 97%
A: masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi
No.
Indikator
IR
ER
A
1
Tanda-tanda vital dalam batas normal
2
5
3
2
Suara nafas bersih
2
5
3
3
Oksigenasi adekuat
2
5
4
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Gangguan berat
3.      Gangguan sedang
4.      Gangguan ringan
5.      Tidak ada gangguan
P: lanjutkan intervensi
1.      Monitor pola dan suara nafas
2.      Berikan therapy nebulizer

b.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif dengan criteria hasil:
No.
Indikator
IR
ER
1
Respirasi rate dalam batas normal
2
5
2
Irama nafas teratur
2
5
3
Oksigenasi adekuat
2
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Gangguan berat
3.      Gangguan sedang
4.      Gangguan ringan
5.      Tidak ada gangguan
Intervensi:
Manajemen jalan nafas
1.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi udara
2.      Monitor pernafasan dan batuk
3.      Monitor status respiratory dan oksigenasi
4.      Keluarkan secret dengan batuk efektif atau dengan suction
5.      Berikan threatmen aerosol sesuai kebutuhan
6.      Berikan therapy oksigen sesuai kebutuhan
7.      Regulasi intake cairan untuk mencapai keseimbangan cairan
8.      Auskultasi suara nafas
Implementasi:
1.      Melakukan pengkajian primer: airway, breathing, circulation, disability.
2.      Memposisikan pasien semifowler
3.      Memberikan therapy oksigen 3 liter
4.      Memeriksa tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
5.      Mengobservasi pernafasan
6.      Mengajarkan batuk efektif
7.      Memeriksa saturasi oksigen
8.      Memonitor pernafasan
Evaluasi:
S: pasien mengatakan sesak berkurang
Pasien mengatakan frekuensi batuk berkurang
O: sesak nafas berkurang
RR: 26x/menit, saturasi 97%
Frekuensi batuk berkurang
Irama nafas teratur
A: masalah belum teratasi
No.
Indikator
IR
ER
1
Respirasi rate dalam batas normal
2
5
2
Irama nafas teratur
2
5
3
Oksigenasi adekuat
2
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Gangguan berat
3.      Gangguan sedang
4.      Gangguan ringan
5.      Tidak ada gangguan
P: lanjutkan intervensi
Monitor suara nafas
c.       Intoleransi aktivitas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan criteria hasil:
No.
Indikator
IR
ER
1
Beraktivitas tanpa disertai peningkatan TD, N, R
2
5
2
TTV normal
2
5
3
Ventilasi adekuat
2
5
Keterangan:
1.      Gangguan ekstrim
2.      Gangguan berat
3.      Gangguan sedang
4.      Gangguan ringan
5.      Tidak ada gangguan
Intervensi
Therapy aktivitas
1.      Kaji kemampuan pasien untuk beraktivitas
2.      Bantu pasien untuk memilih aktivitas sesuai kemampuan
3.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
4.      Bantu pasien untuk mendapatkan alat bantu untuk aktivitas
5.      Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan
6.      Berikan penguatan positif
7.      Evaluasi respon fisik, emosi, social, dan spiritual
Implementasi
1.      Melakukan pengkajian primer
2.      Mengukur tanda-tanda vital
3.      Mengkaji kemampuan berktivitas
4.      Mengidentifikasi kemampuan beraktivitas
5.      Menganjurkan pasien beraktifitas sesuai kemampuan

Evaluasi
S: pasien mengatakan masih sesak saat beraktivitas
Pasien mengatakan cepat lelah
O: pasien tampak lemas dan lelah
RR: 26x/menit
Aktivitas pasien terbatas
A: masalah belum teratasi
No.
Indikator
IR
ER
A
1
Beraktivitas tanpa disertai peningkatan TD, N, R
2
5
3
2
TTV normal
2
5
4
3
Ventilasi adekuat
2
5
4
Keterangan:
6.      Gangguan ekstrim
7.      Gangguan berat
8.      Gangguan sedang
9.      Gangguan ringan
10.  Tidak ada gangguan
P: lanjutkan intervensi
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
Beri penguatan positif



BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Asma pada tanggal 26 Desember 2017, pembahasan yang penulis lakukan akan meliputi pengkajian, diagnose keprawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan (Muttaqin,2009).
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi pustaka. Pada saat pengkajian penulis sedikit menemukan kesulitan karena pasien saat dikaji pasien dalam keadaan sesak nafas, namun pada akhirnya penulis mampu menggali data tentang pasien.
Pada saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus bahwa pasien mengalami sesak nafas satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien mempunyai riwayat asma sejak 2 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil observasi, penulis memperoleh data yaitu pasien tampak menggunakan otot bantu nafas, pasien tampak lemas.
Pada program therapy yang diberikan pada Tn. A yaitu infuse Ringer Laktat + drip Aminofilin ½ ampul (120mg/5ml), injeksi Ranitidine 50 mg/ 12 jam, Ranitidine berfungsi sebagai pengurang produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri uluh hati dan masalah asam lambung tinggi lainnya. injeksi cefotaxim 1 gram, ini diberikan untuk mengobati infeksi pernafasan bagian bawah. injeksi Aminopilin ½ ampul (120mg/5ml), ini diberikan untuk mengobati gangguan pernafasan. injeksi Methylprednisolon 125mg, digunakan untuk mengobati infeksi dari reaksi alergi. oksigen 3 liter, nebulizer combivent 2.5mg/2.5ml ini difungsikan untuk melebarkan jalan nafas Tn. A  dan flexotide 0.5mg/2ml ini difungsikan untuk pencegahan serangan asma agar tidak terjadi lagi.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (NANDA, 2012).
Diagnose keperawatan berdasarkan pathway di konsep muncul 3  diagnosa keperawatan, yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktifitas, gangguan pertukaran gas. Pada kasus Tn. A penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori, yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktifitas, gangguan pertukaran gas.

C.     INTERVENSI
Intervensi adalah fase ketiga dari proses keperawatan, dengan menyusun serta merancang baaimana sesuatu dapat dicapai atau diselesaikan dengan cara tertentu, menggunakan alat tertentu dan waktu tertentu (basford&slevin,2006)
Intervensi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan teori dan tidak ada perbedaan yang berarti dengan yang ada pada kasus Tn. A.

D.    IMPLEMENTASI
Implementasi adalah melakukan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan (Dalami,dkk, 2011)
            Implementasi yang dilakukan oleh penulis dilakukan selama 3 jam yaitu tanggal 26 Desember 2017.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada rabu, 26 Desember 2017 yaitu: Melakukan pengkajian primer: airway, breathing, circulation, disability, Memeriksa tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, Mengobservasi pernafasan, Memberikan therpy nebulizer, Memonitor pernafasan, Memeriksa saturasi oksigen, Memposisikan pasien semifowler, Memberikan therapy oksigen 3 liter, Mengajarkan batuk efektif, Memeriksa saturasi oksigen, Memasang infuse, Mengambil sample darah untuk pemeriksaan laboratorium, Memberikan therapy injeksi ranitidine, MP, cefotaxim, aminopilin, Mengkaji kemampuan berktivitas, Mengidentifikasi kemampuan beraktivitas, Menganjurkan pasien beraktifitas sesuai kemampuan.

E.     EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan (dalami,dkk,2011).
Evaluasi yang dilakukan penulis dalam melakukan proses asuhan keperawatan selama 3 jam. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu pasien sesaknya sudah berkuran, frekuensi batuk berkurang, pasien masih lemas dan cepat lelah. . Rencana selanjutnya yaitu pasien dibawa ke ruang perawatan dan dilakukan perawatan oleh perawat ruangan.


BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A selama 3 jam, yaitu tanggal 26 Desember 2017 di Ruang Instalasi Gaawt Darurat RSUD Banyumas dengan Asma Attack, penulis mendapatkan kesimpulan, yaitu:
Didapatkan pasien bernama Tn. A, berumur 46 tahun, berjenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal di Somagede Banyumas, beragama islam, dari suku jawa/indonesia, pendidikan terakhir adalah SD. Pasien masuk RSUD Banyumas pada tanggal 26 Desember 2017. Dan di diagnose Asma Attack.
Hasil dari pengkajian didapatkan pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien mengeluh sesak nafas. Pasien mengalami sesak nafas satu jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat asma sejan 2 tahun yang lalu.
Diagnose keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktifitas, gangguan pertukaran gas.
Penulis memilih intervensi sesuai dengan yang ada pada teori, dan juga menyesuaikan dengan kondisi pasien sehingga rencana tindakan dapat terselesaikan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 3 jam, namun tidak semua tindakan yang ada pada perencanaan dilakukan, hal ini dikarenakan kondisi pasien yang mengalami sesak nafas, batuk, dan lemas.
Evaluasi dilakukan setelah menerapkan implementasi keperawatan, evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan yang telah disusun.
Setelah melakukan tindakan keperawatan penulis mendokumentasikan tindakan tersebut dalam catatan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan.

B.     SARAN
Penulis akan mengungkapkan beberapa masukan yang diharapkan membantu meningkatkan mutu kependidikan dan asuhan keperawatan yang diantaranya:
1.      Bagi Penulis
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat mencegah atau menangani kasus aktivitas dan latihan.
Selalu berhati-hati dalam melaksanakan tugas karena masih banyak yang belum kita ketahui dan kita masih dalam proses belajar .Ketika menemui kesulitan ketika melakukan tindakan hendaknya kita menghubungi perawat ruangan dan meminta bantuan dan bimbingan serta arahan. Dan yang paling utama janagan pernah malu dan sungkan untuk bertanya jika menemui hal yang baru dan belum kita ketahui.
2.      Bagi Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Lebih ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas Cilacap tentang pembelajaran praktek sesuai dengan teori.
Memperbanyak literatur panduan untuk praktek , karena masih ada beberapa tindakan yang belum diajarkan di kampus namun ditemukan ketika praktek.
3.      Bagi RSUD Banyumas
Selalu berikan bimbingan kepada kami mahasiswa kesehatan yang praktik di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan jika kami melakukan kesalahan mohon agar kami ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.


DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Therapy Untuk Asma Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim. 2013. Riset kesehatan dasar riskesdas 2013. Jakarta: kementrian kesehatan RI; 2013. h. 85-86

Carpenito, L. J. 2000. Diagnose Keperawatan, Aplikasi Praktis Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Purnomo. 2008. Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronchial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Sahib, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV Medika

4 comments: