Saturday 28 April 2018

MAKALAH PRINSIP PEMBERIAN OBAT

PRINSIP PEMBERIAN OBAT



Disusun Oleh:
Annang Dwi S Z
Diana Septriani
Puput Nurmala

AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS
CILACAP
2016


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Makalah Prinsip Pemberian Obat” ini.
            Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pembibing atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga “Makalah Prinsip Pemberian Obat”  ini dapat terselesaikan.
            Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang menjadikan “Makalah Prinsip Pemberian Obat”  ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Maos, 1 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...  ii
DAFTAR ISI………………………………………………………............  iii
A.    BAB I PENDAHULAN
A.1 Latar Belakang Masalah…..…………………………………… 1
A.2 Rumusan Masalah…………………….……………………….. 1
A.3 Tujuan Penulisan………………….…………………………… 1
A.4 Manfaat Penulisan………………….………………………….. 1
A.5 Metode Penulisan……………….……………………………... 1

B.     BAB II PEMBAHASAN
B.1 Prinsip Benar Obat………..…………………………………… 2
B.2 Rute Pemberian Obat………………………………………….. 4

C.     BAB III PENUTUP
C.1 Simpulan………………………………………………………. 9
C.2 Saran…………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

A.2 Rumusan Masalah
a.       Bagaimana prinsip benar obat?
b.      Bagaimana rute pemberian obat?

A.3 Tujuan penulisan
a.       Untuk mengetahui prinsip benar obat
b.      Untuk mengetahui rute pemberian obat

A.4 Manfaat Penulisan
a.       Memberikan informasi tentang prinsip benar obat
b.      Memberikan informasi tentang rute pemberian obat

A.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media Informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.


BAB II
PEMBAHASAN


B.1. PRINSIP BENAR OBAT
Prinsip benar obat ada 6, yaitu:
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a.       Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b.      Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c.       Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d.      Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e.        Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.


B.2. RUTE PEMBERIAN OBAT
Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.

A.    Enteral
1.      Oral
Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.

2.      Sublingual
Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3.      Rektal
 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.

B.      Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

1.      Intravena (IV)
 suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2.      Intramuskular (IM)
 obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3.      Subkutan
suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

C.     Lain-lain
1.      Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2.      Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara mengisap.

3.      Intratekal/intraventrikular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4.      Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5.      Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
1.      Prinsip benar obat : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu,  benar dokumentasi.
2.      Rute pemberian obat: enteral, parenteral, lain-lain.

Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.


DAFTAR PUSTAKA





Makalah Absorbsi Obat


ABSORPSI OBAT




Disusun oleh:
ANDI RIYADI
ANGGIT SUKMAWAN
ANNANG DWI S Z


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP
Jalan Raya Maos No. 505 Cilacap, Jawa Tengah Telp.0282695452 Fax. 0282695452
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Tugas Makalah Absorpsi Obat” ini.
            Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pembibing atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga “Tugas Makalah  Absorpsi Obat”  ini dapat terselesaikan.
            Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang menjadikan “Tugas Makalah Absorpsi Obat ”  ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Maos, 23 Februari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….  i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...  ii
DAFTAR ISI………………………………………………………............  iii
A.    BAB I PENDAHULAN
A.1 Latar Belakang Masalah…..…………………………………… 1
A.2 Rumusan Masalah…………………….……………………….. 1
A.3 Tujuan Penulisan………………….…………………………… 1
A.4 Manfaat Penulisan………………….………………………….. 2
A.5 Metode Penulisan……………….……………………………... 2

B.     BAB II PEMBAHASAN
B.1 Pengertian Absorbsi Obat……………………………………… 3
B.2 Mekanisme Absorbsi Obat…………………………………….. 3
B.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Absorpsi Obat. 5
B.4 Terjadinya Absorbsi Obat…………………………..…………. 7

C.     BAB III PENUTUP
C.1 Simpulan………………………………………………………. 9
C.2 Saran…………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


A.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu farmakokinetika merupakan ilmu multidisipliner yang merangkum matematik, ilmu faal, farmakologi, farmakologi klinik, toksikologi, kimia medicinal, kimia analisa, dan farmasetik, namun yang menjadi tulang punggung disiplin ilmu ini ialah matematik dan ilmu faal, sedangkan (sediaan) obat merupakan objek dari ilmu farmakokinetika.
Absorpsi obat mengharuskan molekul-molekul obat berada dalam bentuk larutan pada tempat absorpsi. Disolusi dari bentuk-bentuk sediaan padat dalam cairan-cairan saluran cerna merupakan syarat untuk menyampaikan suatu obat ke sirkulasi sistemik setelah pemberian oral.
Umumnya absorpsi obat pada saluran cerna terjadi secara difusi pasif sehingga untuk dapat diabsorpsi, obat harus larut dalam cairan pencernaan. Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi, serta sifat-sifat fisikokimia obat tersebut. Obat-obat yang diabsorpsi oleh difusi pasif, yang menunjukkan kelarutan dalam air rendah, cenderung memiliki laju absorpsi oral lebih lambat daripada yang menunjukkan kelarutan dalam air yang tinggi.

A.2 Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian Absorbsi Obat?
b.      Bagaimana mekanisme Absorbsi Obat?
c.       Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecepatan absorpsi obat?
d.      Bagaimana terjadinya Absorbsi Obat?

A.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
a.       Untuk mengetahui pengertian Absorbsi Obat.
b.      Untuk mengetahui mekanisme Absorbsi Obat.
c.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kecepatan absorpsi obat.
d.      Untuk mengetahui proses terjadinya Absorbsi Obat.

A.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
a.       Memberikan informasi tentang pengertian Absorbsi Obat .
b.      Memberikan informasi tentang mekanisme Absorbsi Obat.
c.       Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan absorpsi obat.
d.      Memberikan informasi tentang proses terjadinya Absorbsi Obat.

A.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media Informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.

BAB II
PEMBAHASAN


B.1 Pengertian Absorbsi Obat
Secara umum, absorpsi adalah proses penyerapan ke dalam organ tertentu. secara khusus absorpsi adalah penyerapan zat yang memasuki tubuh melalui mata, kulit, perut, usus, atau paru-paru. (kamuskesehatan.com )
Absorbsi obat adalah pengambilan obat dari tempat aplikasinya ke sirkulasi sitemik . Pengambilan obat dari permukaan tubuh (termasuk juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke sistem saluran cairan tubuh (pembuluh darah atau pembuluh limfe) untuk kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. (mettidagger.blogspot.co.id )

B.2 Mekanisme Absorbsi Obat
• Difusi pasif
Merupakan proses dimana difusi molekul secara spontan dari daerah yang konsentrasi tinggi ke konsenstrasi yang lebih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi pasif dari suatu obat:
Derajat  Kelarutan
Koefisien partisi (k)
Daerah permukaan
 Ketebalan suatu membran  hipotetical (h)
Untuk obat-obat yang dapat menyebar seperti obat non elektrolit atau obat-obat yang mengalami ionisasi, konsentrasi obat pada salah satu sisi membran adalah sama seimbang.Untuk obat-obat elektrolit/ obat-obat yang mengalami ionisasi, konsentrasi total obat pada kedua sisi membran tidak sama seimbang, jika pH dari media tersebut berbeda- beda.
• Transport konvektif
• Transport aktif
Adalah proses transportasi obat dengan bantuan pembawa, dimana proses ini sangat penting pada proses absorpsi di gastrointestinal dan sekresi ginjal dari beberapa obat dan metabolisme. Beberapa obat yang tidak larut dalam lemak yang menyerupai metabolit fisiologis alami (seperti 5-fluorourasil) dapat diabsorpsi dari saluran pencernaan melalui proses ini.
Karakteristik transport aktif adalah transportasi obat yang melawan suatu gradien konsentrasi, dari konsentrasi obat yang rendah menuju konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, sistem ini memerlukan suatu asupan energi.
Selanjutnya transport aktif ini merupakan proses yang spesifik untuk menghasilkan suatu pembawa yang berikatan dengan obat untuk membentuk kompleks obat – pembawa yang  membawa obat dari satu sisi membran menembus sisi lainnya, untuk kemudian terdisosiasi.
Molekul pembawa memiliki selektifitas yang tinggi terhadap molekul obat. Jika struktur obat menyerupai substrat alami yang ditransportasi secara aktif, maka akan mengalami transportasi dengan mekanisme pembawa yang sama. Obat-obat dengan struktur yang sama, dapat berkompetisi pada sisi adsorpsi pada pembawa.
Obat-obat dengan struktur yang sama, dapat berkompetisi pada sisi adsorpsi suatu pembawa. Karena hanya satu bagian dari pembawa yang tersedia, seluruh sisi ikatan pada pembawa dapat menjadi jenuh jika konsentrasi obat sangat tinggi.
Contoh transpor aktif :
1. Sekresi H+ dari lambung.
2. Pelepasan Na+ dr sel saraf & otot.
3. Penyerapan kembali glukosa dlm tubulus renalis.
4. Transpor aktif K+ & Na+ dari sel darah merah.
5. Transpor aktif obat : penisilin ke tubulus renalis.
• Difusi fasilitatif
Difusi fasilitatif  adalah suatu media pembawa pada sistem transpor yang berbeda dari transpor aktif.
Perpindahan obat berhubungan dengan suatu gradien konsentrasi (dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah).Oleh karena itu, sistem ini tidak memerlukan energi. Akan tetapi sistem dapat menjadi jenuh dan selektif terhadap struktur obat serta menunjukkan kompetisi kinetik untuk obat – obat dengan struktur yang sama. Dalam penyerapan obat, difusi terfasilitasi memegang peranan yang sangat kecil.
• Transport pasangan ion
Obat-obat yang bersifat elektrolit kuat, dapat terionisasi dengan cepat. Contoh : Senyawa Nitrogen Kuartener (dengan rentang pKa tinggi dan kecilnya penyerapan membran). Ketika obat yang telah mengalami ionisasi lalu berhubungan dengan muatan ion yang berlawanan,maka sepasang ion akan terbentuk (bermuatan netral). Kompleks ini lebih cepat berdifusi melewati membran.
Contoh : Propanolol – Asam Oleat
               Kinin – Heksilsalisilat
·              Pinositosis
Merupakan tipe khas transport aktif obat ukuran mol besar & misel-misel, seperti lemak,amilum, gliserin, vit A, D, E & K. Seperti sistem fagositosis pada bakteri. Bila membrane sel didekati mol obat, maka akan membentuk rongga mengelilingi mol obat & kemudian obat bergerak menembus membran sel. Mekanisme pinositosis berjalan sangat pelan sehing dipandang kurang penting sebagai suatu proses penembusan obat ke membran sel.

B.3 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kecepatan Absorbsi Obat
a. Kecepatan disolusi obat
Seperti yang telah tertulis sebelumnya, dalam pelepasan zat aktif dari suatu obat dibutuhkan parameter Disolusi obat. Kecepatan disolusi obat ini berbanding lurus oleh luas permukaan, jadi setelah obat utuh pecah menjadi granul-granul dalam saluran pencernaan/ organ pencernaan, maka luas permukaannya juga akan semakin besar maka disolusi obat juga semakin besar.
 b. Ukuran partikel
Faktor Ukuran partikel ini sangat penting, karena semakin kecil ukuran partikel obat, maka obat tersebut juga semakin mudah larut dalam cairan daripada obat dengan ukuran partikel yang besar.


 c. Kelarutan dalam lipid atau air
Dalam faktor ini dipengaruhi oleh koefisien partisi obat. Koefisien partisi merupakan perbandingan obat dalam fase air (polar) dan fase minyak (non polar). Telah diketahui bahwa medium pelarutan obat merupakan zat polar, sedangkan tempat absorbsi contohnya dinding usus sebagian besar adalah non polar. Jadi koefisien partisi ini sangat penting dalam menentukan absorbsi obat. Semakin besar koefisien partisi, maka semakin besar pula kekuatan partikel obat tersebut untuk menembus membran/ dinding usus. Sebaliknya obat yang memiliki koefisien partisi yang kecil, berarti obat tersebut lebih mudah larut dalam zat polar, telah diketahui sebelumnya bahwa tempat untuk absorpsi obat sebagian besar adalah non polar, maka obat-obatan yang seperti ini sulit untuk diabsorpsi.
 d. Ionisasi
Sebagian obat merupakan elektrolit lemah sehingga ionisasinya dipengaruhi oleh pH medium. Dalam hal ini terdapat dua bentuk obat, yaitu obat yang terion dan obat yang tek terion. Obat yang terion lebih mudah larut dalam air, sedangkan obat dalam bentuk tak terion lebih mudah larut dalam lipid serta lebih mudah untuk diabsorpsi. Hal ini bisa diterapkan contohnya pada obat yang bersifat asam, obat yang bersifat asam tersebut akan terionisasi pada pH basa dan kita ketahui bahwa pada lambung pHnya asam dan pada usus pHnya basa. Obat-obatan yang bersifat asam ini akan terionisasi pada usus (basa), maka obat yang telah terionisasi ini akan sulit menembus dinding usus yang sebagian besar komponennya adalah lipid/ zat non polar, maka obat-obatan asam ini lebih mudah diabsorpsi pada gaster/ lambung karena pada lambung pH-nya asam, maka obat tidak akan terionisasi. Untuk obat-obatan yang bersifat basa dianalogikan sebaliknya, secara singkat obat-obatan basa akan terionisasi pada lambung (asam) dan tak terionisasi pada usus (basa), maka akan lebih mudah diabsorpsi oleh dinding usus.
 e. Aliran darah pada tempat absorpsi
Aliran darah akan membantu pada proses absorpsi obat yaitu mengambil obat menuju ke sirkulasi sistemik. Semakin besar aliran darah maka semakin besar pula obat untuk diabsorpsi.

 f. Kecepatan pengosongan lambung
Obat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses absorpsinya jika kecepatan pengosongan lambung besar dan sebaliknya.
 g. Motilitas usus
Motilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini merupakan pergerakan usus. Jika kecepatan motilitas usus ini besar maka akan mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan absorpsinya adalah pendek. Motilitas usus ini besar contohnya adalah pada saat diare.
 h. Pengaruh makanan atau obat lainnya
Beberapa makanan atau obat dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya.
 i. Cara pemberian
Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral ini contohnya seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara perrektal. Sedangkan pada pemberian parental contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian secara parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral.

B.4 Terjadinya Absorbsi Obat
a. Absorpsi obat melalui saluran cerna
Absorpsi obat melalui saluran cerna terutama tergantung pada :
• Ukuran partikel mol obat
• Kelarutan obat dlm lemak/air
• Derajat ionisasi
b. Absorpsi obat melalui mata
Obat diberi secara lokal ke mata. Sebagian diserap melalui membran konjungtiva & sebagian lagi melalui kornea. Kecep penetrasi tergantung pada derajat ionisasi & koefisien partisi obat. Bentuk tidak terionisasi & mudah larut dalam lemak cepat diserap oleh membran mata. Penetrasi obat bersifat asam lemah lebih cepat dalam suasana asam. Penetrasi obat bersifat basa lebih cepat dalam suasana basa.
c. Absorpsi obat melalui paru
           Obat anestesi sistemik secara inhalasi. Diserap melalui epitel paru & membran mukosa saluran napas .Karena mempunyai luas permukaan besar, maka absorpsi melalui buluh darah paru berjalan dengan cepat.
d. Absorpsi obat melalui kulit
           Untuk memperoleh efek setempat (lokal). Sangat tergantung pada kelarutan obat dalam lemak, karena epidermis kulit juga berfungsi sebagai membrane lemak biologis. Dewasa ini sedang dikembangkan bentuk sediaan obat yang digunakan melalui kulit dengan tujuan mendapatkan efek sistemik.
e. Media Pembawa Transport
           Secara teoritis, obat-obat lipofilik dapat menembus sel atau melaluinya. Jika suatu obat memiliki Bobot Molekul rendah dan lipofilik, membran lemak tidak dapat menjadi sarana untuk proses difusi obat dan absorpsi. Di dalam usus, molekul yang lebih kecil dari 500 MW dapat diabsorpsi oleh sistem absorpsi paraselular.
           Sejumlah media pembawa spesifik sistem transport berada di dalam tubuh, terutama di dalam usus untuk absorbsi ion dan pengambilan nutrisi oleh tubuh.


BAB III
PENUTUP


C.1 Simpulan
a.       Absorpsi adalah proses penyerapan ke dalam organ tertentu
b.      Mekanisme Absorbsi Obat: Difusi pasif, Transport konvektif, Transport aktif, Difusi fasilitatif, Transport pasangan ion
c.       Faktor-faktor yang memepengaruhi kecepatan absorbsi obat: Kecepatan disolusi obat, Ukuran partikel, Kelarutan dalam lipid atau air, Ionisasi, Aliran darah pada tempat absorpsi, Kecepatan pengosongan lambung, Motilitas usus, Pengaruh makanan atau obat lainnya, Cara pemberian.
d.      Terjadinya Absorbsi Obat: Absorpsi obat melalui saluran cerna, Absorpsi obat melalui mata, Absorpsi obat melalui paru, Absorpsi obat melalui kulit, Media Pembawa Transport.

C.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA