PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
A. Pengertian
PMS (penyakit menular
seksual) adalah golongan penyakit menular atau penyakit infeksi yang di
tularkan terutama dengan cara hubungan seksual melaui penis, vagina, anal,dan
oral. Penularan PMS juga dapat
terjadi dengan cara lain, yaitu melalui transfusi darah dengan darah yang sudah
terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba, tertusuk
jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja, menindik
telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur
secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
Bisa juga di tularkan pada bayi saat ibu hamil, melahirkan ataupun menyusui.
PMS ini dapat
disebabkan oleh adanya suatu virus, bakteri atau parasit jamur.
PMS jika tidak di
tangani secara cepat dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya atau fatal.
Efek sampingnya yaitu dapat berupa kemandulan pada pria maupun wanita yang di
sebabkan oleh penyebaran infeksi pada alat kelamin bagian dalam, seperti Gonore
dan klamidia, menyebabkan kematian pada kasus seperti AIDS, Sifilis, dan
Hepatitis, menyebabkan kanker dan penyebab penyakit yang selalu kambuh seperti
herpes genetalis dan kondulima akuminata, selain itu juga pada ibu yang sedang hamil
dan saat itu terkena PMS hal itu bisa
menularkan pada bayi yang sedang di kandungnya, dan akan menyebabkan bayi
tersebut lahir cacat, lahir muda, atau bahkan lahir mati.
Orang-orang yang beresiko
tertular PMS yaitu
orang-orang sebagai berikut:
1. Setiap orang
yang melakukan hubungan seksual dengan seorang (pria atau wanita) yang mengidap
PMS tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom, dapat tertular PMS. Resiko
tertular PMS lebih besar
bila seseorang sering-sering berganti pasangan seksual.
2. Setiap orang
yang mendapat transfusi darah tanpa prosedur pemeriksaan terhadap PMS, karena PMS dapat
ditularkan melalui transfusi darah, contohnya : Sifilis, Hepatitis
3. Bayi yang di
lahirkan oleh ibu yang mengidap PMS
Adapun gejala-gejala umum yang biasa timbul pada
penderita Infeksi
menular seksual :
1. Keluarnya
cairan yang tidak normal dari saluran kencing atau liang senggama (keputihan
yang banyak, berbau amis, berwarna putih kekuning-kuningan atau putih
kehijauan)
2. Rasa nyeri pada
saat kencing atau saat berhubungan seksual.
3. Rasa gatal pada
alat kelamin atau sekitarnya.
4. Lecet, atau
luka kecil disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening.
5. Perubahan warna
kulit dan mata menjadi kuning, hati membesar, pada Hepatitis B/C.
6. Radang mata
pada bayi.
Sebagian orang yakin bahwa PMS bukanlah
merupakan penyakit yang serius, sebab PMS dapat dengan mudah di cegah dan disembuhkan dengan
suntikan atau makan kapsul penisilin. Ini adalah keyakinan yang salah, sebab
tidak semua PMS dapat di
obati dan di cegah dengan cara ini. PMS yang disebabkan kuman bukan virus dapat disembuhkan,
sedangkan yang disebabkan oleh virus akan lebih sulit disembuhkan. Untuk itu
perlu adanya kesadaran untuk mencegah PMS, cara yang paling evektif adalah dengan tidak
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terkena PMS tanpa
pengaman seperti kondom, pemeriksaan PMS secara dini dianjurkan bagi mereka yang pernah atau
mempunyai perilaku seksual yang tidak aman, selain itu ada cara yang paling
mudah yaitu dengan selalu menjaga kebersihan alat kelamin masing-masing.
PMS banyak jenisnya, yang termasuk infeksi menular seksual
diantaranya Gonore (GO )/ kencing nanah, Sifilis (raja singa), Herpes
Genitalis, Trikomonas Vaginalis/keputihan berbau busuk, Klamidia, Condulima
Akuminata(jengger ayam), Candidiasis, Kutu Pubis, Hepatitis B, HIV/AIDS.
B.
Jenis-jenis IMS
1. HIV/AIDS
HIV ada singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem
kekebalan tubuh manusia.Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita
untuk berkembang biak. Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau
lebih. penyabab AIDS adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T
cell leucemia virus III (HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk
virus ini selalu berubah-ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat
menyembuhkan. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam
jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase
berikut :
Fase1:
Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung
selama beberapa minggu. Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan”
seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang
dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.
Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase
lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir
tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal
sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan
sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit.
Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin
melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh
akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang
baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV
dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti
telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang
dengan HIV.
Fase 3 :
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai
virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini
adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah,
ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi
HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan,
misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun,
berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar
area mulut, atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin
melemahnya sistem kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
Fase 4 :
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau
cancer) menjadi semakin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita
AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan
virus ini.
Cara penularannya terutama melalui hubungan seksual dan
darah dengan memakai jarum suntik atau transfusi darah. gejala yang dapat
muncul adalah :
a.
membesarnya
kelenjar getah bening
b.
Panas
badan sekitar 38oC yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tampa
diketahui sebabnya terutama malam hari.
c.
Berat
badan menurun lebih dari 10%
d.
Nafsu makan berkurang
e.
Dapat
disertai diare (sering buang air bersar yang encer)
Jenis tes, Tes darah Untuk mendeteksi virus HIV :
Elisa dan western bloo dan
Tes melalui spesimen saliva / ludah
(Tes Oral)
2. GONORE
(GO)/KENCING NANAH
Penyakit gonoroe adalah salah satu
penyakit PMS yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhoe, tergolong bakteri
diplokokus berbentuk seperti buah kopi. Masa inkubasi (waktu sebelum terjadi
gejala) berkisar antara 3 sampai 5 hari setelah infeksi. Penyakit gonoroe
paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit infeksi menular seksual namun
mudah di obati, tetapi jika terlambat atau pengobatan yang kurang tepat dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal.
Infeksi gonore selama kehamilan
telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease (PID).
Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi
dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria
gonorrhoeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang premature, kelahiran
premature, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan. Konjungtivitis
gonokokol (ophthalmia neonatorum), manifestasi terserang dari infeksi
perinatal, umumnya ditransmisi selama proses persalinan. Jika tidak terapi,
kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi
neonatal yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan
atritis, serta infeksi genital dan rectal.
a. Infeksi
Gonore pada Pria
Bentuk yang paling sering adalah
uretritis gonore anterior akuta yang dalam bahasa awam disebutnya juga kencing
nanah. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit
saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan
dapat bercampur darah.
Pada pemeriksaan akan dijumpai ujung
kemaluan merah, membengkak, dan menonjol, diujungnya bila dipijit akan keluar
nanah. Penyakit ini bila tidak mendapat pengobatan yang tepat dapat menyebar
kebagian alat kelamin lainnya seperti kandung kencing, prostat sampai buah
zakar dan salurannya. Dengan pengobatan yang kurang mantap, penyakit akan
bersifat menahun dan menjadi sumber penularan bagi orang lain serta
keluarganya.
b.
Infeksi Gonore pada wanita
Infeksi pertama terkena pada wanita
adalah mulut rahim, apalagi bila telah terdapat perlukaan sehingga
penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat kelamin semakin cepat.
Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan dengan infeksi vagina
(liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya semakin menonjol yaitu rasa
nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer seperti nanah.
Pemeriksaan serviks akan tampak
berwarna merah, membengkak, perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah.
Lendir yang dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi), sehingga dapat
menyebarkan penyakitnya menuju liang kencing (uretritis) dengan gejala
rasa sakit saat kencing, banyak kencing dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan
mulut saluran kencing menunjukkan berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar
nanah.
c.
Gejala
Pada pria,
gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya
berawal dari rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti
oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita
sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah
dan membengkak.
Sedangkan pada
wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu
atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah pasangan
seksualnya tertular.
Jika timbul
gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya
cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim,
saluran telur, indung telur, uretra dan rektum, yang menyebabkan nyeri pinggul
atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal
dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina. Wanita dan pria
homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur)
bisa menderita gonore pada rektumnya.
Penderita
merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir
dan nanah. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang
penderita gonore juga bisa menyebabakn gonore pada tenggorokan
(faringitis gonokokal), biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang
terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis
gonore).
Bayi baru
lahirpun bisa terinfeksi oleh gonore yang di dapat dari ibunya
selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak
matanya dan dari matanya keluar nanah.
d.
Komplikasi
1) Infeksi kadang
menyebar melalui aliran darah ke sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat
nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui
aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah
di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang
berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
2) Bisa terjadi
infeksi jantung (endokarditis).
3) Infeksi
pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan
kandung empedu.
e.
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana
ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak
ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika diduga
terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan
dibuat biakan.
f.
Pengobatan
Gonore biasanya
diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau
dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu. Jika
gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah
sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
g.
Terapi Gonorrhoea
1) Penisilin (banyak yang resisten)
2) Cephalosporin :
Cefixime
: 400 mg single dose
Ceftriaxone
: 250 mg IM single dose
Cefotaxime
: 500 mg IM single dose
3) Quinolone (banyak yang resisten)
4) Spectinomisin : 2 g IM single dose
3. SIFILIS
Penyebab dari sifilis adalah
treponema pallidum, orde spirochaetaeas. yang diserang oleh penyakit ini adalah
semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Stadium
lanjut menyerang sistem pembuluh darah dan jantung, otak dan susunan saraf.
Penjalaran menuju janin yang sedang berkembang dalam rahim dapat menimbulkan
kelainan bawaan janin dan infeksi dini saat persalinan.
Masa inkubasinya cukup panjang
sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi
masuk, terdapat infitrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang
selanjutnya mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan ciri perlukaan dengan
permukaan bersih, berwarna merah, kulit sekitarnya tidak terdapat tanda radang,
membengkak, dan sebagiannya, tidak terasa nyeri, perlukaan mendatar dapat
berubah menjadi ulkus karena dindingnya tegak lurus kedalam, ulkus ini tidak
nyeri dan disebut ulkus durum. Penyakit infeksi dapat menyebar ke daerah
kelenjar getah bening regional yang berbentuk soliter artinya tidak ada
pelekatan tanpa rasa nyeri, dan pergerakannya bebas.
a. Terapi
Sifilis
1) Penisilin
2) Benzatin Benzilpenisilin G: 2,4 MIU
IM single dose, injeksi 2 tempat
3) Procain Benzilpenisilin : 600.000
unit IM sekali sehari selama 10-14 hari
4) Azitromisin : 500 mg oral sekali
sehari selama 10 hari
5) Cefriaxone : 1-2 g/hari IM/IV sekali
sehari selama 8-10 hari
6) Doksisiklin : 200-300 mg/hari oral
selama 10-14 hari
7) Tetrasiklin : 4x500 mg selama 14
hari
C.
Cara Penularan PMS
Kita bisa terkena PMS melalui
hubungan seks yang tidak aman, yang dimaksudkan dengan tidak aman adalah :
1. Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina
atau liang senggama).
2. Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)
3. Seks oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)
D.
Yang Harus di Lakukan Jika Terkena PMS
Kalau terkena infeksi menular seksual atau curiga
terkena infeksi saluran seksual :
1. Cepat ke dokter, PMS
harus diobati, tetapi jangan mengobati sendiri. Dokter saja perlu melakukan tes
untuk memastikan PMS yang diderita pasiennya. Obat PMS juga berbeda-beda
tergantung jenis PMS-nya. Cuma dokter yang tahu obat paling tepat untuk PMS
yang diderita. Pergilah ke dokter, klinik, puskesmas atau rumah sakit. ikuti
saran dokter atau petugas kesehatan dan habiskan semua obatnya meski sakit dan
gejalanya sudah hilang. Ajak atau anjurkan semua pasangan seks yang Anda
ketahui untuk juga berobat.
2. Jangan melakukan
hubungan seks selama dalam pengobatan PMS.
3. Beberapa PMS meskipun
diobati, tidak bisa disembuhkan dan sifatnya kumat-kumatan. Herpes
misalnya, akan kumat pada waktu-waktu tertentu
4. Tes PMS tidak selalu
dilakukan kecuali kalau perlu. Biasanya dokter memeriksa berdasarkan
tanda-tanda atau gejala-gejala yang kita rasakan. Jawablah semua pertanyaan
dokter dengan jujur supaya ia dapat memberikan obat yang tepat.
E.
Cara Mencegah PMS
Pencegahan Penularan lewat seks :
1. Absen dari seks atau tidak
berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada cairan kelamin yang masuk
kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang seks atau puasa seks saat jauh dari
pasangan.
2. Berlaku saling setia atau
berhubungan hanya dengan seorang yang di pastikan hanya berhubungan seks dengan
kita saja kalau sudah menikah atau kita tidak bisa berpantang sek.
3. Cegah infeksi degan menggunakan
kondom sewaktu berhubungan seks. Bila kita dapat memastikan kesetiaan pasangan
kita atau tidak tau apakan dia pernah menerima transfusi darah, tato, suntikan,
dengan jarum yang tidak steril. Juga bila kita tidak bisa setia kepada pasangan
kita gunakan kondom untuk berhubungan seks baik lewat liang senggama, lewat
mulut atau lubang dubur.
F.
Peran Perawat Dalam Mengatasi PMS
Sebagai seorang perawat dalam hal
ini dapat mengambil perannya sebagai pelaksana yaitu :
1. Memberikan penyuluhan kepada remaja
atau orang dewasa tentang seks, sebelum terjadi penularan PMS melalui hubungan
seksual, betapa bahayanya jika melakukan hubungan seks bebas seperti
berganti-ganti pasangan seks, melakukan hubungan seks lewat dubur (anal), oral
seks.
2. Pada seseorang yang telah terkena
PMS, bidan disini memberikan konseling memberikan informasi yang
selengkap-lengkapnya tentang PMS, Seseorang yang terkena PMS di anjurkan untuk
tidak berhubungan seks untuk menghindari tertularnya kepada patner seksnya,
Jika melakukan hubungan seks sebaiknya menggunakan kondom, PMS yang masi dapat
disembuhkan sebaiknya penderita di anjurkn untuk melakukan pengobatan yang
rutin.
Daftar
Pustaka
Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk
Factors for the Acquisition of Genital warts : are Condoms protective?. Sex
Transm Inf. 1999
KPAN. HIV/AIDS dan Infeksi Menular
Seksual Lainnya di Indonesia : Tantangan dan Peluang untuk Bertindak. Jakarta :
KPAN. 2001.
Aprilianingrum, Farida. Survei
Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi
Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun
2002. 2002. http://www.health-lrc.com
Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human
Papillomavirus. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases. New York : McGraw
Hill. 2002
No comments:
Post a Comment