PRINSIP
PEMBERIAN OBAT
Disusun
Oleh:
Annang Dwi S Z
Diana Septriani
Puput Nurmala
AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS
CILACAP
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan
“Makalah Prinsip Pemberian Obat”
ini.
Penghargaan yang tulus dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh pihak,
khususnya kepada dosen pembibing atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam
membimbing sehingga “Makalah Prinsip
Pemberian Obat”
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas
keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang menjadikan “Makalah Prinsip Pemberian Obat” ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah ini.
Maos, 1 April 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………............ iii
A. BAB
I PENDAHULAN
A.1 Latar Belakang
Masalah…..…………………………………… 1
A.2 Rumusan
Masalah…………………….……………………….. 1
A.3 Tujuan
Penulisan………………….…………………………… 1
A.4 Manfaat
Penulisan………………….………………………….. 1
A.5 Metode
Penulisan……………….……………………………... 1
B. BAB
II PEMBAHASAN
B.1
Prinsip Benar Obat………..…………………………………… 2
B.2
Rute Pemberian Obat………………………………………….. 4
C. BAB
III PENUTUP
C.1 Simpulan………………………………………………………. 9
C.2 Saran…………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Masalah
Salah
satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang
perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping
yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
A.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana prinsip benar obat?
b.
Bagaimana rute pemberian obat?
A.3 Tujuan penulisan
a.
Untuk mengetahui prinsip benar obat
b.
Untuk mengetahui rute pemberian obat
A.4 Manfaat Penulisan
a.
Memberikan informasi tentang prinsip
benar obat
b.
Memberikan informasi tentang rute
pemberian obat
A.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media
Informatika adalah
metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
B.1.
PRINSIP BENAR OBAT
Prinsip benar obat ada
6, yaitu:
1.
Benar Pasien
Sebelum
obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.
Benar Obat
Obat
memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa
tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika
pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
3.
Benar Dosis
Sebelum
memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan
ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul
atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1
vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti.
4.
Benar Cara/Rute
Obat
dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
a.
Oral
Adalah
rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b.
Parenteral
Kata
ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu
melalui vena (perset / perinfus).
c.
Topikal
Yaitu
pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.
d.
Rektal
Obat
dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar
/ kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih
cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e.
Inhalasi
Yaitu
pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.
Benar Waktu
Ini
sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.
Benar Dokumentasi
Setelah
obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
B.2.
RUTE PEMBERIAN OBAT
Rute
pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat
sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian
obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.
A.
Enteral
1.
Oral
Memberikan
suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi
paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai
jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan
jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih
besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati
membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan
dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung
memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam,
misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu,
penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut
enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah
iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa
diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.
2.
Sublingual
Penempatan
di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam anyaman kapiler dan
karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu
obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus
dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
3.
Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas
sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute
sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah
penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal
tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral
atau jika penderita sering muntah-muntah.
B.
Parenteral
Penggunaan
parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna,
dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian
parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam
keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian
parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
1.
Intravena (IV)
suntikan intravena adalah cara pemberian obat
parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral,
sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna
dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam
sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna,
obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau
pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat
memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam
plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang
disuntikkan secara intra-arteri.
2.
Intramuskular (IM)
obat-obat yang diberikan secara intramuskular
dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi
obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan
cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah
vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat
suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit
demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
3.
Subkutan
suntikan
subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.
Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari
tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi
bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi
levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
C.
Lain-lain
1.
Inhalasi
inhalasi
memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang
dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan
menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja
dan efek samping sistemis minimal.
2.
Intranasal
Desmopressin
diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin
insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik
kokain, biasanya digunakan dengan cara mengisap.
3.
Intratekal/intraventrikular
Kadang-kadang
perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal,
seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.
4.
Topikal
Pemberian
secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung
pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan
langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran
kelainan refraksi.
5.
Transdermal
Rute
pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian
obat ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti
obat antiangina, nitrogliserin.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
1.
Prinsip benar obat : benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu, benar dokumentasi.
2.
Rute pemberian obat: enteral,
parenteral, lain-lain.
Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan
kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
DAFTAR
PUSTAKA