ASUHAN
KEPERAWATAN (ASKEP) PADA Ny. I DENGAN
POST
OPERASI HEMOROIDEKTOMI DI RUANG DAHLIA
RSUD
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
LAPORAN
KASUS
DISUSUN
OLEH:
ANNANG
DWI SAEFURROHMAN ZEN
15.025
AKADEMI
KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP
MAOS
- CILACAP
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Alloh SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny. I DENGAN POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI DI RUANG DAHLIA RSUD DR. R. GOETENG
TAROENADIBRATA PURBALINGGA” ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan laporan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Puji Suwariyah,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akper
Serulingmas Cilacap
2. Eti., S, Kep. Ns selaku Pembimbing Lahan
3. Teman-teman
mahasiswa.
Demikian
akhir kata penulis, apabila banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis mohon
maaf. Semoga Asuhan Keperawatan ini bermanfaat dan
berguna bagi pembaca pada umumnya serta profesi pada
khususnya.
Maos, 8 Agustus 2017
Penulis
PENGESAHAN
Laporan
kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.
I
Dengan Post Operasi Hemoroidektomi Di Ruang Dahlia Rsud Dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Telah diujikan dan disetujui oleh Dewan
Penguji.
Diujikan tanggal 16 Agustus 2017
Pembimbing I
Budi
Priyanto, S.Kep., Ns
NIK.
19950571
Pembimbing
II
Esti oktaviani
NIK.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
PENGESAHAN……………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan
penulisan................................................................................ 1
C. Manfat
penulisan................................................................................2
D. Sistematika......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian............................................................................................ 4
B. Etiologi............................................................................................... 4
C. Manifestasi klinik............................................................................... 5
D. Komplikasi......................................................................................... 6
E. Pathway............................................................................................... 7
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................... 8
G. Penatalaksanaan................................................................................. 9
H. Pengkajian………………………………………………………….. 10
I. Masalah yang mungkin muncul……………………………………. 11
J. Intervensi …………………………………………………………... 11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.......................................................................................... 14
B. Analisa
data dan perumusan diagnosa keperawatan.......................... 17
C. Intervensi,implementasi,evaluasi....................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.......................................................................................... 24
B. Diagnosa
keperawatan....................................................................... 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 27
B. Saran................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Hemoroid
adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemeroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua
tipe. Hemeroid internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal
sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid eksternal.
(Brunner& Suddarth,2002)
B. TUJUAN
PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini yaitu menggambarkan
proses asuhan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di
Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini
diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan
pengkajian pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
b. Merumuskan
diagnosa keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang
Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
c. Merumuskan
rencana tindakan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
d. Melakukan
rencana tindakan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di
Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
e. Melakukan
evaluasi pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr.
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
f. Mendokumentasikan
asuhan keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
C. MANFAAT
PENULISAN
1. Bagi
Penulis
Menambah serta meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.
2. Bagi
Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Sebagai referensi dan acuan proses asuhan
keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.
3. Bagi
RSUD dr.R. Goeteng Taroenadibrata purbalingga
Sebagai referensi tambahan mengenai proses asuhan
keperawatan pada pasien post operasi hemoroidektomi.
D. SISTEMATIKA
Dalam asuhan
keperawatan pada Ny. I dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
1. BAB
I :
Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika.
2. BAB
II :
Tinjauan teori yang meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinik, pathway,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian, masalah yang
mungkin muncul, intervensi.
3. BAB
III : Tinjauan kasus yang meliputi
pengkajian, anailsa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi.
4. BAB
IV : Pembahasan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi.
5. BAB
V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran
6. DAFTAR
PUSTAKA
7. LAMPIRAN
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Hemoroid
adalah pembengkakan atau distensi fena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan pendarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambaien atau wasir oleh masyakat awam.
Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi aspek kosmetik bahkan sampai
aspek social.
Secara
sederhana kita bisa menganggap Hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah ,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak disana.
Hemoroid
merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hermorrhoidalis (Sudoyo,2006)
B.
Etiologi
Menurut
smeltzer dan bare (2002) dan mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah:
1. Faktor
Predisposisi
a. Herediter
atau keturunan
Dalam hal ini menurun
adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah
masentrotium tidak mempunyai katup, sehingga darah mudah kembali menyebabkan
bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Makanan
misalnya , kurang makan makanan berserat
d. Pekerjaan
sepeti mengangkat beban terlalu berat
e. psikis
2. Faktor
presipitasi
a. Faktor
mekanis (kelainan sirkulasi dan peningkatan tekanan parsial) misalnya mengedan
pada waktu defekasi
b. Fisiologis
c. Radang
d. Konstipasi
menahun
e. Kehamilan
f. Usia
tua
g. Diare
kronik
h. Pembesaran
prostat
i.
Fibroid uteri
j.
Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal
C.
Manifestasi klinik
Hemoroid
menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan pendarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang di sebabkan oleh thrombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan eskemia
pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan pendarahan atau prolapse (smeltszer dan bare, 2002)
Pasien sering mengeluh menderita
hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang
khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern
dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis pendarahan
umumnya merupakan tanda pertama hemoroid. Perdarahan umumnya merupakan tanda
pertama hemoroid intern akibat trauma akibat feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan atau tidak bercampur dengan feses, dapat hanya
berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mearnai air toilet menjadi merah walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar karena kaya zat asam. Perdarahan luas dan
intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
darah arteri kadang perdarahan hemoroid yang membesar secara perlahanlahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya
penanjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusun oleh reduksi
spontan sesudah selesai defekasi (Sjamsuhidayat dan jong, 2005)
Pasien
harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Pada tahap lanjut, akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan. Kotoran di pakaran dalam
menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah
perianal akan mengalami iritasi. Nyeri kaan terjadi bila timbul trombosis luas
dengan edema dan peradangan. Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi
defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intra abdominal tinggi
(mengejan), juga sering pasien harus duduk berjam jam di wc dan dapat disertai
rasa nyeri yang merupakan gejala radang (mansjoer, 2008).
D.
Komplikasi
Komplikasi
hemoroid yang paling sering adalah
1. Perdarahan
2. Thrombosis,
adalah pembekuan darah dalam hemoroid
3. Hemoroidal
strangulasi, adalah hemoroid yang prolaps dengan suplay darah dihalangi oleh
sfingter ani
E. Pathway
F.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
fisik yaitu inspeksi dan rectaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok
dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diaba
apabila sudah sangat besar . apabila hemoroid sering prolaps , selaput lendir
akan menebal. Tombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang
lebar. Pada pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum.
2. Pemeriksaan
dengan teropong yaitu anoskopi dan rectoscopy
Dengan cara ini
hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran, penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin , penyumbat diangkat dan
penderita disuruh nafas panjang. Hemoroid innterna terlihat sebagai struktur
vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila pendeita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hmoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya dan keadaan lain dalam anus
seperti polip, fissure ani dan tumor ganas haarus di perhatikan.
3. Pemeriksaan
protosigmoidoskopi
Protosigmoidoskopi
perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa tehadap adanya darah samar.
4. Rontgen
(colon inloop) dan atau kolonoskopi
5. Pemeriksaan
darah, feses sebagai pemeriksaan penunjang
G.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
medis non farmakologis
Penatalaksanaan ini
berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan
pola/cara defekasi. Perbaikan poa defekasi disebut Bowel Management Program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambaha, pelican feses, dan
perubahan perilaku buang air.
2. Penatalaksanaan
medis farmakologis
a. Obat
memperbaiki defekasi
Ada dua obat yaitu
splement serat (fiber suplemen) dan pelican tinja (stool softener). Suplemen
serat yang sering dipakai antara lain psyllium atau isphagula husk (misal
vegeta, mulax, Metamucil, mucofalk), obat kedua yaitu obat pencahar antara lain
natrium dioktil sulfosuksinat, dulcolax, microlac.
b. Obat
simtomatik
Bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan
sering dicampur pelumas vasokontriktur dan antiseptic lemah.
c. Obat
menghentikan perdarahan
Obat yang digunakan
yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk micronized
dengan nama dagang radium atau datlon.
d. Obat
penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Pemberian micronized flavonoid (diosmin dan
hesperidin) (ardium) 2 tablet perhari selama 8 minggu pada pasien hemoroid
kronik.
3. Penatalaksanaan
bedah
Hemoroidektomi atau
eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat
dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rectal biasanya dilatasi segcara
digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian di eksisi. Setelah prosedur
operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan
keluarnya flatus dan darah. Penempatan gelfon atau kassa oxygel dapat diberikan
di atas luka anal (Smeltzer dan Bare, 2002)
4. Penatalaksanaan
minimal invasive
Penatalaksanaan
hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non farmakologis, farmakologis tidak
behasil. Penatalaksanaan ini antara lan tindakan skleroterapi hemoroid, ligase
hemoroid, pengobatan hemoroiddengan terapi laser (Sudoyo, 2006)
H.
Pengkajian
1. Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai pada
penduduk yang berusia 25 tahun, laki—laki maupun perempuan yang mempunyai
resiko mengalami hemoroid. Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat,
mengejan saat defekasi, pola makan yang salah.
2. Riwayat
penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik,
konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal, pembesaran prostat, fibroid
uteri, dan tumor rectum.
3. Pola
fungsional Gordon
a. Pola
persepsi kesehatan: konsumsi makanan rendah serat, pola BAB salah, kurang
olahraga, kebiasaan bekerja.
b. Pola
nutrisi metabolic: mual, muntah, penurunan BB, mukosa kering.
c. Pola
eliminasi: konstipasi, diare kronik, mengejan saat BAB.
d. Pola
aktivitas dan latihan: kurang olahraga
e. Pola
istirahat dan tidur: gangguan tidur
f. Persepsi
sensori dan kognitif: rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri
g. Pola
hubungan dengan orang lain: tidak dapat bekerja
h. Pola
reproduksi social: penurunan libido
i.
Pola persepsi dan konsep diri: merasa
malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, takut.
4. Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan
umum: malaise, lemah, tampak pucat.
b. Tingkat
kesadaran: komposmetis, sampai koma
c. Pengukuran
BB: BB menurun
d. TTV:
TD meningkat, suhu meningkat, takikardi
e. Abdomen
: nyeri abdomen berhubungan dengan saat defekasi
f. Kulit:
turgor kulit menurun
g. Anus:
pembesaran pembuluh darah vena pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
I.
Gangguan/Masalah yang Mungkin Muncul
1. Nyeri
akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen dengan kebutuhan
4. Resiko
inggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui
hemoragik
5. Gangguan
pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
6. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus
J.
Intervensi
a. Nyeri
akut
Intervensi
(NIC):
1) Mengkaji
nyeri secara komperhensif
2) Observasi
TTV dan keadaan umum pasien
3) Membantu
melakkukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini
4) Mengkaji
ulang faktor meningkatkan atau menurunkan nyeri
5) Ajarkan
teknik nafas dalam
6) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik
b. Resiko
tinggi infeksi
1) Observasi
TTV
2) Observasi
adanya inflamasi
3) Observasi
adanya gejala peritonitis
4) Melakukan
irigasi luka sesuai kebutuhan
5) Memberikan
obat sesuai indikasi
c. Intoleransi
aktivitas
1) Meningkatkan
tirah baring dan memberikan llingkungan yang tenang
2) Mengubah
posisi dengan sering
3) Meningkatkan
aktivitas sesuai toleransi
4) Melakukan
tugas dengan cepat dan sesuai indikasi
5) Memberikan
aktivitas hiburan yang tepat
d. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan
1) Mengawasi
masukan dan keluaran cairan
2) Mengkaji
TTV
3) Observasi
kulit kering berlebihan dan membrane mukosa
4) Observasi
perdarahan
5) Mengukur
BB
6) Memberi
cairan sesuai indikasi
e. Gangguan
pola eliminasi
1) Auskultasi
bising usus
2) Observasi
gerakan usus, oerhatikan warna, konsistensi, dan jumlah
3) Kaji
keluhan di abdomen
f. Ganggan
integritas kulit
1) Catat
iritasi, kemerahan, ukur daerah pruritis
2) Berikan
pelindung kulit yang efektif
3) Selidiki
keluhan rasa terbakar/gatal
4) Berikan
sprei kortikosteroid dan bedah nistatin sesuai indikasi
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. PENGKAJIAN
Dilakukan oleh penulis
di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 1
agustus 2017, pukul 12.10 WIB dengan sumber data dari pasien, dan rekam medis.
1. Identitas
Pasien bernama Ny.I
dengan umur 17 tahun berjenis kelamin perempuan bertempat tinggal di padamara, pasien
belum menikah, beragama Islam, dari suku Jawa, pendidikan terakhir adalah SMA,
pasien adalah pelajar SMA. Pasien masuk RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga pada tanggal 31 Juli 2017 dengan diagnosa medis hemoroid.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
penyakit sekarang
Pasien datang dari IGD,
kemudian di periksa oleh dokter dengan diagnose medis hemoroid. Dokter
menganjurkan untuk operasi hemoroidektomi, pasien dirawat di ruang dahlia RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan keluhan.
b. Riwayat
penyakit dahulu
Pasien 2 bulan lalu pernah
dirawat di polokilinik dengan penyakit hemoroid.
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga psien tidak
ada yang mengalami penyakit hemoroid
3. Pengkajian
Pola Fungsional Gordon
Berdasarkan hasil
pengkajian dengan format pengkajian pola fungsional Gordon ditemukan masalah
keperawatan sebagai berikut:
Pada pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan pasien tidak terlalu memperdulikan kesehatannya.
Pada pola nutrisi /
metabolik, sebelum sakit pasien makan 3x1 hari, pasien suka makan mie instant
sejak SMP kelas 1. Selama sakit pasien makan makanan yang diberikan oleh rumah
sakit
Pada pola eliminasi
pasien ditemukan gangguan pada pola berkemih (BAK) pasien yaitu terpasang Dower
Cateter ukuran 16.
Pada pola aktivitas dan
latihan pasien mengalami kendala yaitu dengan keadaaan dirinya yang lemah pasca
operasi Hemoroidektomi, terpasang infuse dan juga terpasang kateter. Sebelum
sakit pasien adalah pelajar SMA.
Pada pola tidur dan
istirahat pasien sesekali terbangun pada malam hari karena rasa sakit pada luka
pasca opersi hemoroidektomi.
Pada pola persepsual
pasien tidak mengalami gangguan.
Pada pola persepsi
pasien nampak optimis untuk dapat sembuh namun pasien juga mencemaskan
penyakitnya
Pada pola seksualitas
dan reproduksi pasien tidak memiliki gangguan.
Pada pola peran dan
hubungan pasien tidak memiliki gangguan
Pada pola management
koping-stress pasien tidak memiliki gangguan
Pada pola nilai dan keyakinan pasien selama sakit
kegiatan beribadah pasien menjadi terganggu.
4. Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik
pada Ny. I ditemukan hasil : Keadaan umum pasien cukup dengan keluhan nyeri di
bagian yang dioperasi. Kesadaran pasien adalah sadar penuh. GCS: E:4 M:6 V:5
Tanda-tanda vital antara lain TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, S: 36.5 º C,
RR: 22 x/menit. BB: 52 Kg. TB: 163 cm.
Untuk pemeriksaan Head
to Toe didapatkan hasil antara lain pada kepala bentuk mesochepal, simetris,
tidak ada benjolan, konjungtiva ananemis. Pada hidung simetris, tampak bersih,
tidak terpasang NGT. Pada telinga kanan dan kiri tidak ada luka, simetris.Mulut
terlihat lembab dan bersih.Pada leher tidak ada pembesaran thyroid. Pada
thorak, pengembangan dada sempurna, simetris.Pada abdomen bentuk simetris,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, suara timpani, terdengar bising usus 12x
permenit. Pada genetalia terpasang dower kateter no.16. Pada ekstremitas atas
terpasang IVFD NaCl.
5. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yaitu pemeriksaan
laboratorium untuk hematologi dan patologi klinik pada tanggal 31 Juli 2017. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil: HB: 12.8 g/dl (N: 11.7-15.5),
leukosit: 7.4 10^3/ul (N: 4.5-12.5), hematokrit: 38 % (N: 35-47), eritrosit: 4.6
10^6ul (N: 3.8-5.2), trombosit: 272 10^3/ul (N: 154-386), MCH: 28 pg (N:
26-34), MCHC: 34 g/dl (N: 32-36), MCV: 84 fL (N: 80-100), Eosinofil : 2 % (N:1-3),
Basofil: 0 % (N: 0-1), Netrofil Segmen: 55 % (N: 50-70), limfosit: 37 % (N: 25-40),
monosit: 6 % (N: 2-8), masa pembekuan/CT: 4.30 menit (N: 3-5), masa perdarahan/BT:
4.00 menit (N: 2-5), Gula darah sewaktu: 87.3 mg/dl (N: 100-150),
6. Program
Terapi
Terapi
yang diberikan pada pasien Ny.I pada tanggal 1 Juli 2017 adalah untuk bedrest,
tanggal 1 Juli 2017, infus NaCl 20 tetes per menit, injeksi ceftriaxon 2 x 1 g,
injeksi ketorolak 30mg 3x sehari, asam traneksamat 3x1 ampul.
7. Laporan
operasi
d. Tanggal
operasi : 1 agustus 2017
e. Waktu
operasi : 11.30-11.45 wib
f. Ahli
bedah : dr. masrun, Sp. B
g. Ahli
anestesi : dr.awal, Sp. A
h. Asisten : bangkit
i.
Jenis opeasi : operasi hemoroidektomi
j.
Jenis anestesi : lokal anestesi
B. ANALISIS
DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSA
1. Analisis
Data
No.
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS:
-
Pasien mengatakan nyeri pada
anusnya
-
P: operasi hemoroidektomi
-
Q: seperti disayat-sayat
-
R: pada anus
-
S: skala 7
-
T: terus menerus
DO:
-
Pasien tampak meringis kesakitan
-
Pasien tampak gelisah
-
Terdapat luka operasi di anus
|
Agen injuri fisik
|
Nyeri akut
|
2
|
DS:
-
pasien mengatakan aktivitasnya
masih dibantu oleh keluarganya
-
pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas sendiri
DO:
-
aktivitas pasien tampak dibantu
keluarganyameringis kesakitan
|
Nyeri post operasi
|
Hambatan mobilitas fisik
|
3
|
DS:
-
pasien mengatakan panas pada luka
operasinya
DO:
-
Terdapat luka operasi di anus
-
leukosit: 7.4 10^3/ul
-
Pasien tampak merasakan nyeri
-
Terdapat kemerahan
di sekitar luka operasi
|
Prosedur invasive
|
Resiko infeksi
|
2. Perumusan
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka
nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi
di anusnya.
b. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh
keluarganya saat beraktivitas.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan
panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya
3. Diagnosa
Keperawatan Sesuai prioritas
Hari ke-1:
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka
nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi
di anusnya.
b. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh
keluarganya saat beraktivitas.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan
panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya
Hari
ke-2:
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka
nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi
di anusnya.
b. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh
keluarganya saat beraktivitas.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan
panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya
Hari
ke-3:
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan pasien mengataka
nyeri pada anusnya, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka operasi
di anusnya.
b. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas sendiri dan pasien tampak dibantu oleh
keluarganya saat beraktivitas.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan pasien mengatakan
panas pada luka operasinya dan terdapat luka operasi di anusnya
C. INTERVENSI
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil:
No.
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
|
Nyeri hilang
|
2
|
5
|
2.
|
Ekspresi wajah
|
2
|
5
|
3.
|
TTV normal
|
2
|
5
|
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi:
a. Kaji
nyeri secara komperhensif
b. Observasi
TTV
c. Berikan
posisi yang nyaman
d. Ajarkan
teknik relaksasi
e. Berikan
tindakan distraksi
f. Kendalikan
lingkungan yang nyaman
g. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik
Implementasi:
a. Mengkaji
nyeri secara komperhensif
b. Memberikan
posisi yang nyaman
c. Mengendalikan
lingkungan yang tenang
d. Mengobservasi
TTV
e. Memberikan
obat analgetik
Evaluasi:
S:
pasien mengatakan nyeri sudah
menghilang
O: pasien terlihat tenang, rileks
A:
masalah nyeri akut teratasi
No.
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
A
|
1.
|
Nyeri
hilang
|
2
|
5
|
5
|
2.
|
Ekspresi
wajah
|
2
|
5
|
5
|
3.
|
TTV
normal
|
2
|
5
|
5
|
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
P:
hentikan intervensi, pasien pulang.
b. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi
Tujuan: setelah dilakuka tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat beraktivitas kembali
No.
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
|
Pergerakan sendi dan
otot
|
2
|
5
|
2.
|
Bergerak dengan mudah
|
2
|
5
|
3.
|
Berjalan
|
2
|
5
|
Keterangan:
1. Gangguan
ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada gangguan
Intervensi:
a. Kaji
kebutuhan pergerakan pasien
b. Ajarkan
dan dukung pasien untuk melakukan pergerakan
c. Ajarkan
teknik ambulasi yang aman
d. Berikan
penguatan positif
e. Awasi
upaya mobilitas pasien
f. Kolaborasi
dengan keluarga dalam pengawasan pasien
Implementasi:
a. Mengkaji
pergerakan pasien
b. mendukung
pasien untuk melakukan pergerakan
c. mengajarkan
teknik ambulasi yang aman
d. Mengkolaborasikan
dengan keluarga dalam pengawasan pasien
Evaluasi:
S:
pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas
sendiri
O: pasien tampak berjalan dengan mandiri
A:
masalah teratasi
No
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
A
|
1.
|
Pergerakan
sendi dan otot
|
2
|
5
|
5
|
2.
|
Bergerak
dengan mudah
|
2
|
5
|
5
|
3.
|
Berjalan
|
2
|
5
|
5
|
Keterangan:
1. Gangguan
ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada gangguan
P: hentikan intervensi, pasien pulang.
c. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan reiko
infeksi berkurang
No.
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
1.
|
Faktor
resiko infeksi hilang: status imun, keparahan infeksi
|
2
|
5
|
2.
|
Terbebas
dari tanda dan gejala infeksi
|
2
|
5
|
Keterangan:
1.
Ekstrim
2.
Berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5. Tidak
ada
Intervensi:
a. Pantau
tanda dan gejala infeksi
b. Kaji
faktor yang dapat meningkatkan kerentanan infeksi
c. Fasilitasi
proses penyembuhan luka
d. Batasi
jumlah pengunjung
e. Bersihkan
lingkungan pasien
f. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian antibiotik
Implementasi:
a. Memfasilitasi
proses penyembuhan luka
b. Membatasi
jumlah pengunjung
c. Memberikan
obat antibiotik
Evaluasi:
S: pasien mengatakan luka sudah tidak panas lagi
O: pasien tampak tenang
A: masalah teratasi
No.
|
Indikator
|
IR
|
ER
|
A
|
1.
|
Faktor
resiko infeksi hilang: status imun, keparahan infeksi
|
2
|
5
|
5
|
2.
|
Terbebas
dari tanda dan gejala infeksi
|
2
|
5
|
5
|
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
P: hentikan intervensi, pasien pulang.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dalam
bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. I
dengan post operasi hemoroidektomi di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Pembahasan ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat
tentang pasien dengan kondisi pasien.
A.
PENGKAJIAN
Muttaqin
tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu dari komponen
proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan
data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan
observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis
dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik pengumpulan data dengan
wawancara dan studi pustaka. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
pengkajian pola fungsional Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional
menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas
untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam. Model pola
fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan dan
dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga dan komunitas.Setiap pola
merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan,
mengorganisasikan dan memilah-milah data (NANDA, 2012).
Pada
saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus bahwa pasien mengeluh
nyeri, nyeri bertambah bila bergerak terutama nyeri pada anus
dan berkurang jika istirahat tiduran.
Hasil pengkajian pola fungsional
Gordon yang penulis temukan pada pasien diantaranya terdapat gangguan aktivitas
dan latihan,
Hasil tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Pola aktivitas dan latihan ditemukan
pasien tidak dapat beraktivitas sepenuhnya secara mandiri masih membutuhkan
bantuan orang lain untuk membantunya beraktivitas karena kondisinya yang memang
untuk bergerak sangat sakit sebab nyeri yang dirasakan.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/ respon
individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (NANDA,
2012).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. I
yang sesuai dengan teori:
a.
Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri fisik
Penulis menegakkan diagnose ini karena
adanya dukungan data yang diperolah dari pengkajian.
b. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Penulis menegakkan diagnose ini karena adanya dukungan data
yang diperolah dari pengkajian.
2.
Diagnosa keperawatan yang tidak
ditemukan pada kasus Ny. I tetapi ada konsep teori:
a. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Penulis tidak
menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan
diagnosa ini
b. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
Penulis tidak
menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan
diagnosa ini
c. Gangguan
pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
Penulis tidak
menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan
diagnosa ini.
d. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus
Penulis tidak
menegakkan diagnose ini dikarenakan kurangnya dukungan data untuk menegakkan
diagnosa ini.
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.T tetapi tidak ada di konsep teori (diagnosa temuan):
Tidak ditemukan Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. I yang tidak sesuai dengan teori.
BAB
V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Pengkajian
Pasien bernama Ny.I
dengan umur 17 tahun berjenis kelamin perempuan bertempat tinggal di padamara,
pasien belum menikah, beragama Islam, dari suku Jawa, pendidikan terakhir
adalah SMA, pasien adalah pelajar SMA. Pasien masuk RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 31 Juli 2017 dengan diagnosa medis
hemoroid.
Pasien datang dari IGD,
kemudian di periksa oleh dokter dengan diagnose medis hemoroid. Dokter
menganjurkan untuk operasi hemoroidektomi, pasien dirawat di ruang dahlia RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan keluhan
2. Diagnosa
Setelah melakukan
pengkajian, lalu penulis merumuskan diagnose kepeawatan. Dan diagnose yang
muncul pada kasus Ny.I adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik,
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive
3. Rencana
tindakan
Setelah diagnose
keperawatan ditentukan penulis merumuskan rencana tindakan yang akan di lakukan
pada Ny. I .
Pada diagnose nyeri,
penulis merumuskan rencana tindakan kaji nyeri secara komperhensif, observasi
TTV, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi, beri tindakan
distraksi,kendalikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik.
Pada diagnose hambatan mobilitas
fisik, penulis merumuskan rencana tindakan Kaji kebutuhan pergerakan pasien,
Ajarkan dan dukung pasien untuk melakukan pergerakan, Ajarkan teknik ambulasi
yang aman, Berikan penguatan positif, Awasi upaya mobilitas pasien, Kolaborasi
dengan keluarga dalam pengawasan pasien.
Pada
diagnose resiko infeksi, penulis merumuskan rencana tindakan Pantau tanda dan
gejala infeksi, Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan infeksi,
Fasilitasi proses penyembuhan luka, Batasi jumlah pengunjung, Bersihkan
lingkungan pasien, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
4. Implementasi
Setelah merumuskan
rencana tindakan, penulis menerapkan tindakan yang sudah dirumuskan kepada
Ny.I. dalam penerapannya penulis tidak menerapkan semua rencana tindakannya.
Tindakan yang diterapkan oleh penulis pada Ny. I adalah mengkaji nyeri secara
komperhensif, memberikan posisi yang nyaman, mengendalikan lingkungan yang
tenang, mengobservasi TTV, memberikan obat analgetik, mengkaji kebutuhan
pergerakan pasien, mendukung pasien untuk melakukan pergerakan, mengajarkan
teknik ambulasi yang aman, mengkolaborasikan dengan keluarga dalam pengawasan
pasien, memfasilitasi proses penyembuhan luka, membatasi jumlah pengunjung,
memberikan obat antibbiotik.
5. Evaluasi
Setelah menerapkan
rencana tindakan, penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan, penulis melakukan evaluasi setiap akhir shif. Dan pada evaluasi hari
ke-3 masalah pada pasien Ny.I didapatkan masalah nyeri, masalah hambatan mobilitas
fisik, masalah resiko infeksi teratasi
6. Pendokumentasian
Setelah penulis
melakukan asuhan keperawatan pada Ny.I penulis melakukan pendokumentasian. Hal
yang di dokumentasikan yaitu pengkajian, peumusan diagnose keperawatan, rencana
tindakan, implementasi atau penerapan tindakan, evaluasi.
B. SARAN
1. Bagi
penulis
Lebih termotivasi untuk
mencari informasi atau menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat mencegah
atau menangani kasus aktivitas dan latihan.
Selalu berhati-hati
dalam melaksanakan tugas karena masih banyak yang belum kita ketahui dan kita
masih dalam proses belajar. Ketika menemui kesulitan ketika melakukan tindakan
hendaknya kita menghubungi perawat ruangan dan meminta bantuan dan bimbingan serta
arahan. Dan yang paling utama janagan pernah malu dan sungkan untuk bertanya
jika menemui hal yang baru dan belum kita ketahui.
2. Institusi
Akper Serulingmas Cilacap
Lebih ditingkatkan
pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas Cilacap tentang pembelajaran
praktek sesuai dengan teori.
Memperbanyak literatur
panduan untuk praktek , karena masih ada beberapa tindakan yang belum diajarkan
di kampus namun ditemukan ketika praktek.
3. RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Selalu berikan bimbingan kepada
kami mahasiswa kesehatan yang praktik di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan jika kami melakukan
kesalahan mohon agar kami ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.
Price,
S. A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit,Edisi 6,Volume 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo,
A. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Jakarta: EGC
Potter,
P.. A. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC
Dermawan,
T. R. 2010. Keperawatan Medical Bedah
(Sistem Pencernaan). Yogyakarta: gosyen publishing.
No comments:
Post a Comment